PELUANG USAHA BARU PERLU DIJAJAKI

Masih banyak peluang yang dapat dijajaki pelaku usaha di masa pandemi. Di balik perekonomian yang cenderung memburuk di masa pandemi, inovasi dan kreatifitas dibarengi dengan optimisme tinggi amat dibutuhkan. Bisnis yang berkaitan dengan sektor kesehatan mulai dari masker, PAD dan hand sanitizer, peluangnya cukup baik. Sejumlah usaha frozen food menggunakan promosi media sosial makin diminati konsumen. Kondisi masyarakat yang harus banyak menjaga jarak dan isolasi diri, membuat tingkat konsumsi makanan frozen meningkat. Demikian disampaikan Dr. Oktiva Anggraini, S.I.P., M.Si., dosen FISIPOL UWM dalam pendampingan daring Program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) dengan mitra KWT Kemiri Edum, desa Purwobinangun, Pakem, Sleman (20/8/2021).
Selanjutnya Oktiva mengajak agar warga desa dapat memanfaatkan pekarangan rumah untuk bercocok tanam. Selain untuk refreshing, kesibukan baru tersebut dapat mendatangkan nilai ekonomi untuk keluarga. Kebutuhan sayur mayur sedikit tertolong sehingga uang yang seharusnya untuk membeli sayur dapat dimanfaatkan untuk keperluan yang lain. Peluang-peluang baru inilah yang bisa dikembangkan para wanita tani dan sekaligus sebagai strategi coping.
Tim PKM Universitas Widya Mataram di tahun ini mendapatkan kepercayaan dari Kemeristek-BRIN untuk mendampingi pemberdayaan Kelompok Wanita Tani, dengan judul: “Optimalisasi Bauran Marketing, Digitalisasi Produk Kreatif Untuk Penguatan IRT Teh Bunga Telang Penunjang Mitigasi Pandemi Agrowisata Lereng Merapi, Kabupaten Sleman”. Dengan anggota Masrul Indrayana, ST, MT, Tim PKM telah melaksanakan serangkaian kegiatan yang memiliki sejumlah nilai manfaat dalam mengoptimalkan potensi mitra dalam memasarkan produknya dan penguatan IRT Bunga Telang. Program yang dilakukan telah menunjang bangkitnya entrepreneurship mitra untuk lebih optimal lagi mengkombinasikan cara-cara pemasaran produk di masa pandemi yang panjang. Hal ini dapat meningkatkan pendapatan masyarakat desa Purwobinangun yang mengupayakan berkembangnya agrowisata Lereng Merapi, Kabupaten Sleman. Tim PKM berupaya menguatkan bisnis ramuan herbal, yakni teh Bunga Telang. Pertimbangannya, di masa pandemi, permintaan masyarakat terhadap minuman kesehatan meningkat karena bermanfaat untuk menjaga imunitas. Peluang ini perlu disiasati dengan promosi yang lebih gencar dan kreatif. Kegiatan aksi yang dilaksanakan meliputi pelatihan teknologi informasi, pelatihan manajemen pariwisata dan bauran marketing mix dan pelatihan digitalisasi produk kreatif. Hasil dampingan menunjukkan, mitra lebih kreatif dalam menampilkan kontent promosi di media sosial, frekwensi promosi meningkat dan berimbas pada omzet mitra meningkat. Mitra tetap mengutamakan modal sosial sebagai peneguh interaksi sosial di masa pandemi panjang.
Masa pandemi Covid 19 menjadi penghalang penerapan jadwal yang semula telah disepakati antara mitra dan Tim PKM. Di sisi lain, kata Oktiva, keinginan dan motivasi mitra cukup tinggi. Akan tetapi karena ada pembatasan di berbagai wilayah, gerakan warga menjadi terbatas, sementara ancaman pandemi masih menghantui baik bagi tim PKM maupun mitra. Apabila dipaksakan untuk diselenggarakan maka akan beresiko besar bagi penularan Covid 19. Oleh karena itu tim PKM mengubah sebagian pemberian pelatihan offline menjadi pelatihan online.

Dr. Oktiva Anggraini, M.Si. – Dosen Admistrasi Publik UWM –

DOSEN FISIPOL MENJADI PEMBICARA DALAM ACARA WEBINAR “STRATEGI MEMENANGKAN HIBAH PKM KEMENRISTEK BRIN”

Kamis, 19 Agustus 2021 telah dilangsungkan webinar dari LPPM Universitas Widya Mataram Yogyakarta  dengan mengangkat tema “Strategi Memenangkan Hibah PKM Kemenristek BRIN”. Webinar ini merupakan acara terbuka bagi umum yang dihadiri oleh 85 peserta dari berbagai kalangan Dosen di Indonesia. Acara dilangsukan secara Daring menggunakan Zoom Meeting dan dimoderatori oleh Masrukan Ahmad .TP.M.Sc, yang juga sebagai Kaprodi TP FST.

Acara dibuka oleh Dr. Jumadi selaku Wakil Rektor I UWM. Dalam sambutannya, beliau banyak menyampaikan tentang banyaknya permasalahan dan fenomena sosial yang sangat menarik, khususnya di era pandemi ini untuk diangkat menjadi ide-ide dan gagasan riset yang kreatif dan inovatif. Dimana ide-ide dan gagasan tersebut dapat dikembangkan dan diimplementasikan dalam kegiatan Tri Dharma perguruan tinggi.

Acara webinar kali ini menghadirkan dua narasumber, Narasumber pertama yakni Dr. Hermayawati, S.Pd., M.Pd yang mana beliau  merupakan Dosen Universitas Mercu Buana Yogyakarta, yang aktif menjadi Reviewer sejumlah Jurnal terindex Scopus dan juga penerima perbagai Hibah Kemenristek BRIN. Beliau banyak membahas tentang bagaimana Strategi Meraih Hibah PKM Kemenristek BRIN. Program Pengabdian Kepada Masyarakat merupakan salah satu dari kegiatan Tri Dharma perguruan tinggi. Beliau menyampaikan panduan penyusunan proposal hibah Kemenristek BRIN, serta memberikan tips-tips dan strategi dalam mendapatkan hibah PKM.

Dilanjut dengan narasumber kedua yaitu Dr. Oktiva Anggraini, S.I.P, M.Si., selaku Dosen Administrasi Publik Fisipol UWM, yang saat ini juga menjabat sebagai Kepala LPPM (Lembaga Penelitian Pengabidan Masyarakat) Universitas Widya Mataram, yang saat ini juga sebagai peserta penerima Berbagai Hibah Kemenristek BRIN, serta menduduki Pimpinan Redaksi Jurnal Padma Sri Kreshna UWM. Dalam kesempatan tersebut Dr. Oktiva membicarakan tentang bagaimana Strategi berikut tips dan trik menuangkan Hasil Laporan PKM dalam Jurnal.

Usai para pemantik menyuguhkan materi, kemudian diadakan sesi diskusi dimana banyak partisipan yang berantusias untuk bertanya. Terakhir, acara webinar ini  ditutup pada pukul 11.30 WIB. Semoga acara webinar ini dapat bermanfaat bagi kalangan akademisi dan peneliti, sehingga semakin banyak pula karya untuk dapat dipublikasikan dan dikontribusikan bagi kemajuan masyarakat.

-Tim Liputan, Nur Amala Saputri-

Kusmingki

Bonus Demografi Dan Intelektual: Inovasi Mewujudkan Visi Indonesia Di Tahun 2045

Generarasi milenial dan Generasi z, harusnya perlu menyadari bahwa saat ini kekuatan ekonomi dunia sudah mulai mengalami pergeseran. Dimana selama ini kekuatan ekonomi dunia berada di belahan benua eropa, kini secara perlahan-lahan bergeser menuju ke belahan timur, yakni beberapa negara bagian asia (terutama bagian asia timur dan asia tenggara). Pertumbuhan ekonomi di negara-negara asia mulai menjadi perhatian dunia internasional, perhatian itu mereka tujukan melalui keberanian para pemilik modal untuk melakukan investasi besar-beseran di negara-negara asia.

Seperti yang diketahui melalui data yang disampaikan oleh United Nations Conference On Trade And Development (UNCTAD), melalui World Investment Report 2019. Aliran investasi langsung asing (FDI) yang masuk ke negara-negara berkembang mengalami kenaikan 3,9 persen atau US$512 miliar dari tahun sebelumnya, dalam hal ini negara-negara asia masih merupakan penerima aliran FDI terbesar dunia saat ini.

Sebagai sebuah negara yang memiliki kekuatan sumber daya yang melimpah, memiliki sistem politik bebas aktif, negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia dan sebagai negara dengan jumlah populasi terbesar ke 4 di dunia yakni dengan jumlah populasi mencapai 273.52361 jiwa menurut laporan worldometer.info, serta merupakan negara yang memiliki sistem demokrasi yang cukup stabil, hal tersebut dapat menjadi peluang yang baik untuk melakukan inovasi Indonesia menjadi negara maju kedepannya.

Tetapi pertanyaannya apakah negara Indonesia mampu mencapai kejayaannya di tahun 2045 dengan bonus demografi yang akan mengalami masa puncaknya pada tahun 2030-2045 mendatang? Untuk itu Indonesia perlu menjadikan negara-negara yang telah berhasil menjadikan peluang bonus demografi sebagai tolak ukur atau strategi untuk memanfaatkan peluang tersebut demi mencapai keberhasilan pembangunan nasional, seperti yang dilakukan oleh negara-nagara berikut diantaranya negara Jepang, Korea Selatan dan negara china pada tahun 1990an.

Pernyataan yang pasti! sebagai negara yang tergolong baru melakukan industrialisasi di berbagai sendi kehidupan untuk mempermudah bentuk-bentuk interaksi atau aktivitas produktif masyarakatnya, Indonesia tidak boleh secara terus-menerus menjadi negara konsumen terhadap negara-negara lainya. Indonesia perlu menjadi tuan rumah bagi warga negaranya, Indonesia perlu menjadi produsen aktif bagi negara-negara pesaing lainnya.

Nilai kompetisi masyarakat Indonesia perlu ditingkatkan dan masyarakat tidak boleh digeserkan perannya oleh teknologi secara radikal tetapi menyatu melakukan kolaborasi untuk menghasilkan nilai lebih. Untuk memahami lebih jauh bagaimana bonus demografi, kekuatan inteletual dan inovasi untuk mewujudkan visi 2045 negara Indonesia, silahkan disimak bahasan dibawah ini.

Bonus Demografi Indonesia 2030-2040

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kesempatan untuk menghadapi tantangan bonus demografi pada tahun 2030-2040 mendatang. Bonus demografi dapat dikatakan sebagai sebuah harapan kekuatan baru, dan sumber daya pembangunan baru, oleh sebuah negara yang mampu mengelolanya dengan baik, tetapi sekaligus merupakan sebuah ancaman serius bagi negara yang tidak mampu mengelolanya dengan baik.

Pada dasarnya bonus demografi merupakan kondisi dimana sebuah negara mengalami kelebihan populasi penduduk dengan presentase usia produktif lebih besar dibandingkan dengan usia tidak produktif dalam jangka waktu tertentu dan dapat membawa keuntungan bagi sebuah negara sekaligus ancaman. Untuk Indonesia sendiri bonus demografi dapat dimaknai sebagai sebuah harapan baru untuk menjadi negara maju.

Seperti yang disampaikan oleh Menteri Tenaga Kerja Ida Fauziyah, tepat pada tahun 2030-2040 merupakan momentum bagi Indonesia untuk menerima hadiah bonus demografi, dengan jumlah populasi penduduk usia produktif 15-64 tahun lebih besar jika dibandingkan dengan jumlah populasi penduduk usia tidak produktif 15 tahun kebawah dan 64 tahun keatas. Faktor berupa produktivitas masyarkat merupakan penentu peningkatan standar hidup, turunya angka kesenjangan sosial, peningkatan pelayanan publik dan peningkatan perekonomian, merupakan bentuk keberhasilan bonus demografi dimanfaatkan oleh negara.

Intelektual Bangsa Indonesia

Menjadikan bonus demografi sebagai momentum untuk melakukan pembangunan sebuah negara secara besar-besaran, tentu merupakan keharusan untuk dilakukan oleh negara. Sebab semakin tingginya angka populasi penduduk dan semakin berkembangan isu global di tengah masyarakat, tuntutan akan kualitas, percepatan dan kemudahan akses layanan publik akan semakin kompleks. Negara tidak lagi hanya dihadapkan pada persoalan yang mendasar saja tetapi akan lebih daripada hal tersebut.

Untuk itu, dalam mewujudkan negara menjadi sebuah negara yang Adidaya, dan Makmur dalam segala bentuk sistem baik politik, hukum, sosial, ekonomi dan kebudayaan. Indonesia memerlukan kekuatan intelektual bangsa, sebab untuk menghasilkan pelayanan yang berkualitas dan dekat dengan masyarakat, negara harus hadir dengan sistem yang modern, visioner, agile, efektif, efisien, dan akuntabel.

Seperti sebuah kisah nyata dari buku karangan William Kamkwamba dan Bryan Mealer dengan judul “The Boy Who Harnessed The Wind”. Kisah tersebut menceritakan bagaimana seorang pemuda yang berasal dari keluarga petani Tembakau di sebuah kota bernama Malawi, Negara Afrika bagian Selatan, mampu mengelola kekuatan intelektualnya menjadi sebuah alat yang dapat menyelesaikan persoalan yang terjadi di kotanya.

Kota Malawi merupakan sebuah kota kecil di negara Afrika bagian Selatan. Kota Malawi mengalami kondisi krisis lingkungan, pohon-pohon yang ada dikota tersebut telah habis di tebang. Sehingga ketika terjadi musim hujan berkepanjangan tiba, para petani Tembakau mengalami kegagalan panen, demikian juga ketika musim kemarau Panjang tiba, masyarakat yang mayoritas petani Tembakau kesulitan untuk melakukan pembukaan lahan karena kondisi yang kering membuat Tembakau tidak memungkinkan untuk ditanam pada lahan yang tandus tersebut.

Melihat masalah kekeringan yang dialami oleh kota Malawi, sehingga membuat masyarakat di kotanya tersebut tidak dapat menaman tembakau, seorang pemuda bernama Maxwell Simba, anak dari seorang petani tembakau, nememukan sebuah ide untuk membangun sebuah kincir angin untuk memopa air dari dalam tanah yang selanjutnya dialirkan ke lahan para petani, agar pengarian di lahan petani dapat membuat mereka mampu nenamam tembakau Kembali. Dari jerih payahnya, Maxwell Simba mampu menjadi pahlawan bagi kotanya, masyarakat akhirnya dapat menikmati air dari kincir angin yang dibuatnya.

Kisah tersebut merupakan sebagian dari banyaknya kisah-kisah nyata lainya tentang bagaimana dahsyatnya kekuatan intelektual mampu membangun sebuah pradaban yang maju. Negara Indonesia juga memiliki banyak kaum-kaum intelektual yang memungkinkan dapat dijadikan senjata untuk membangun Indonesia menjadi negara maju. Indonesia sudah memiliki ribuan diasporanya di luar negeri, yang jika dikelola dan dimanfaatkan dengan baik dapat menguntungkan Indonesia.

Intelektual-intelektual yang dimiliki oleh sebuah negara, dapat menjadikan negara tersebut menjadi maju. Peristiwa itu dapat dilihat misalnya dari negara-negara yang memiliki keterbatasan sumber daya sperti dikutip dari  idntimes.com, misalnya Singapura kekurangan air bersih sehingga harus impor dari negara tentangganya, Jepang, Islandia, Belanda, dan Jerman, mereka merupakan negara-negara yang memiliki keterbatasan sumber daya alam tetapi mereka memiliki kekuatan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga mampu memanfaatkan sesuatu yang berukuran kecil menjadi bernilai besar. Artinya adalah sangat penting bagi sebuah negara memiliki intelektual-intelektual yang mampu membawa perubahan kemajuan bagi negaranya.

Bonus Demografi, Intelektual Dan Inovasi: Menjadikan Tantangan Sebagai Peluang Menuju Kemanfaatan

Visi Indonesia maju 2045 mungkin tidak akan tercapai jika Indonesia tidak memiliki sumber daya manusia yang memadai, jikapun Indonesia memiliki banyak diaspora di luar negeri saat ini namun tetap miskin inovasi, visi tersebut tidak akan tercapai. Lalu apa kuncinya? Bonus demografi harus dilakukan pembangunan sumber daya manusianya tanpa meninggalkan penunjang infrastruktur lainya, dalam hal ini Indonesia memerlukan telenta-talenta pembangun dari diaspora yang dimiliki bangsa. Selanjutnya untuk mendukung percepatan perubahan itu, negara perlu melakukan inovasi sektor publik, agar negara tidak bergerak diam ditempatnya.

Inovasi pada dasarnya merupakan kemunculan sebuah ide yang dibarangi dengan praktek untuk memunculkan perubahan yang baru atau sebuah perjalanan adopsi untuk menciptakan perubahan. Rogers dalam Oldenburg (2008) misalnya menyampaikan bahwa inovasi adalah sebuah ide, praktek yang mampu menghasilkan temuan baru oleh seorang individu atau suatu kelompok dalam mengadopsi suatu yang baru untuk menciptakan perubahan. Inovasi tidak akan berhasil jika ia tidak dilakukan dengan komponen seperti relative advantege, compatibility, coplexcity, triability dan observability.

Berikutnya keterkaitan antara bonus demografi, intelektual dan inovasi untuk visi Indonesia 2045. Indonesia perlu menggagas sebuah regulasi untuk melakukan inovasi sektor publik. Pandemi COVID-19 seperti saat ini, pada dasarnya dapat dijadikan momentum untuk melihat bagaimana kekurangan yang dimiliki oleh Indonesia dijadikan sebagai landasan berpikir pemerintah untuk melakukan inovasi sektor publik.

Melihat perlambatan pelayanan sektor publik hingga sektor bisnis akibat dari kegagapan hingga ketidakcukupan alat untuk menunjang percepatan pelayanan publik dari pemerintahan, akibat dari proses disrupsi yang terjadi tanpa aba-aba Indonesia dapat dikatakan belum siap menggelola bonus demografi jika tidak segera melakukan inovasi. Indonesia memang sudah memiliki setidaknya sebuah regulasi yang memungkinkan dapat membawa angin segar bari pembahruan inovasi kedepannya.

Regulasi itu merupakan undang-undang nomor 11 tahun 2019 tentang sistem nasional ilmu pengetahuan dan teknologi. Dimana ia merupakan awal dari kemunculan program integrasi ekosistem riset dan inovasi, Indonesia satu data, satu peta, aplikasi pengaduan cepat (LAPOR) dan lembaga-lembaga pembiayaan dibidang Pendidikan dan ilmu pengetahuan, seperti LPDP, LIPI dan dana ABDI Pendidikan. Tetapi dalam satu ruang yang sama Indonesia juga masih memiliki berbagai macam persoalan yang berkaitan dengan kemudahan akses layanan Kesehatan, Pendidikan, infomasi yang cepat, sistem hukum yang berkeadilan, politik, ekonomi, sosial dan kebudayaan.

Indonesia belum mampu menghadirkan keadilan yang merata, kesenjangan antara kota dengan desa masih sangat tinggi. Untuk memperbaiki kondisi yang demikian, Indonesia membutuhkan mobilisai yang merata dengan menyediakan layanan yang berkualitas. Misalnya Indonesia yang saat ini sudah ingin menginjak usia ke 76 tetapi persoalan integrasi regulasi antara daerah dan pusat serta kemerlutan satu data, masih menjadi persoalan yang serius. Mengapa kondisi seperti ini terjadi? Sebab negara Indonesia masih ketinggalan ilmu pengetahuan dibidang riset dan teknologi.

Ilmu pengetahuan, riset, inovasi dan teknologi sangat diperlukan Indonesia untuk menjadi negara maju. Menjadi negara yang menyepakati untuk masuk dilingkungan global, masyarakat perlu terbiasa melihat kondisi pasar dan untuk menjawab tantangan tersebut, pemerintah, sektor bisnis dan masyarakat perlu berkolaborasi dengan teknologi. Bagaimana melakukannya? Pemerintah saat ini mendorong pembangunan di sektor teknologi sebab membangun ekonomi negara untuk menjadikannya besar, negara membutuhkan yang dinamakan dengan sistem ekonomi berbasis pengetahuan.

Pemerintah bersama masyarakat dan dunia usaha harus berkolaborasi membentuk tata kelola yang kuat, menjadikan teknologi sebagai media untuk mengubah negara bukan untuk menggeserkan peran manusia dengan teknologi itu sendiri, dalam kondisi seperti inilah kolaborasi itu diperlukan. Kolaborasi manusia dengan teknologi yang dimaksudkan adalah dimana pemerintah menyediakan ruang publik untuk mengumpulkan berbagai macam talenta yang dimiliki oleh masyarakat dengan kompleksitas ilmu pengetahuannya, menghasilkan sebuah karya yang dapat dinikmati oleh dunia, yang mana nantinya menghasilkan income untuk Indonesia itu sendiri.

Indonesia harus optimis mampu meraih kemajuan di usianya yang ke 100 di tahun 2045 mendatang. Indonesia memiliki kebudayaan dan pengetahuan lokal yang dapat memberikan nilai lebih di pasar internasional. Jika itu didukung oleh pemerintahan yang kuat, ditambah lagi dengan diaspora-diaspora yang dimiliki oleh Indonesia. Negara Indonesia pasti mampu menjadi episentrum pertumbuhan ekonomi dan merebut posisi kelima atau keempat sebagai negara maju di dunia di tahun 2045. Bonus demografi dan intelektual yang dimiliki oleh bangsa dapat dijadikan sebagai tantangan untuk menjemput keberhasilan pembangunan nasional.

Referensi:

UNCTAD. 2019. World Investment Report 2019. https://unctad.org/webflyer/world-investment-report-2019

Oldenburg, B., & Glanz, K. 2008. Diffusion of innovations. Health behavior and health education: Theory, research, and practice, 4, 313-333.

Martens, A. (2011). The Boy Who Harnessed The Wind. Literacy Learning: The Middle Years, 19(2), 44-46.

(Penulis, Kusmingki – Mahasiswa Prodi Administrasi Publik UWM Angkatan 2018)

WEBINAR FISIPOL: MERETAS PENINGKATAN KARIR DALAM MASA PENDEMI PANJANG

          Kamis, 14 Agustus 2021 telah dilangsungkan webinar dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Widya Mataram Yogyakarta (FISIPOL UWM) dengan mengangkat tema “Meretas Peningkatan Karier dalam Masa Pandemi Panjang”. Dalam webinar fisipol kali ini dihadiri oleh peserta dari berbagai kalangan kurang lebih 80 partisipan. Acara dilangsukan secara Daring lewat Aplikasi Zoom Meeting dan dimoderatori oleh Latifa Zahra,M.A selaku Ketua Prodi Ilmu Komunikasi. Acara dibuka dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya,pemutaran video profil Fisipol UWM kemudia dilanjut dengan sambutan dari Wakil Dekan I , Sri Lestari Harjanta, S.IP,M.Si yang menggantikan Dr. AS Martadani Noor, M.Si selaku Dekan Fisipol yang sedang berhalangan hadir. Dalam sambutannya ia menyampaikan permasalahan pandemi yang belum kunjung usai sehinggga kita harus mampu untuk terus berdaptasi dengan keadaan terutama bagaimana kita dapat meretas karir dalam masa pandemi Panjang. Maka dari itu, jawaban dari permasalahan yang ada, dibahas dalam webinar fisipol ini dengan mengundang empat narasumber ahli, antara lain narasumber yang pertama adalah Prof. Dr. Edy Suandi Hamid selaku rektor Universitas Widya Mataram, Narasumber kedua adalah Shulbi Muthi Sabila SP, S.I.Kom, M.I.Kom. Narasumber ketiga Puji Qomariah, M.Si , dan Narasumber terakhir yakni  Dr. Oktiva Anggraini, M.Si.

Pada sesi pemaparan materi pertama yang dibawakan oleh Prof. Dr. Edy Suandi Hamid ,menjelaskan tentang bagaimana situasi saat ini yang mengacu pada efek karier akibat pandemi Covid-19 ini. Ia juga membahas strategi apa saja yang tepat untuk mengasah skill di masa seperti ini, dan bagaimana cara untuk memanfaatkan peluang yang ada disekitar kita agar mampu meningkatkan karier dalam masa pandemi yang panjang ini. Kemudian dilanjut oleh pemateri kedua oleh Shulbi Muthi Sabila SP, S.I.Kom, M.I.Kom ia menjelaskan secara spesifik mengenai prospek karir yang dapat ditekuni dalam masa pandemi ini dalam persepktif ilmu komunikasi dalam materinya ia menjelaskan bagaimana Sumber Daya Manusia dalam sebuah perusahaan saat ini harus memiliki skills 4C yakni Communication, Critical Thinking, Creativity dan Collaboration. Setelah itu dilanjut dengan pemateri ketiga oleh Puji Qomariah, M.Si. Ia menjelaskan terkait studi Sosiologi, peran Ilmu Sosiologi di kehidupan, topik mengenai bentuk adaptasi untuk menghadapi situasi pandemi ini, serta menjelaskan profil jurusan Ilmu Sosiologi di Universitas Widya Mataram Yogyakarta. Dan yang terakhir penyampaian materi dari Dr. Oktiva Anggraini, ia menyampaikan seputar prospek karir dari perspektif  Studi Adminitrasi Publik di masa pandemi ini.

Setelah acara penyampaian materi selesai, dilanjut dengan sesi diskusi antar audiens dan pemateri dengan diberikannya porsi masing-masing lima pertanyaan untuk audiens kepada pemateri. Dan acara terakhir yaitu penutupan dan pengumuman dooprize untuk peserta oleh Ibu Latifa Zahra, M.A selaku Moderator dan MC di acara webinar ini. Acara ini diharapkan juga dapat meningkatkan animo calon mahasiswa baru 2021/2022 khususnya kelas karyawan untuk dapat studi di Fisipol UWM.

(Penulis, Zalsabila Putri Fildzah – Mahasiswa Prodi Ilkom UWM)

HANTU-HANTU DIGITAL

Selama ini entitas hantu ataupun makhluk halus selalu dicitrakan negatif oleh mayoritas media massa. Ada beberapa faktor yang dianggap menjadi penyumbang pelanggengan imej negatif para hantu, yakni soal selera pasar, kemampuan para kreator dan medianya, serta kebijakan pemerintah terkait pencitraan sosok makhluk halus di media. Jika kita perhatikan dari perjalanan pengisahan hantu di Indonesia telah banyak mengalami perubahan lika-liku yang berpola.

Namun ada sebuah benang merah yang menjadi urgensi, yakni soal penggambaran sosok hantu itu sendiri. Baik di media televisi maupun film, sosok hantu sering kali ditampilkan sebagai peran antagonis yang memiliki sifat jahat dan buruk. Sebab hantu atau makhluk halus selalu dipersepsikan sebagai “pengganggu” yang lekat sebagai hal negatif. Segala hal yang berhubungan dengan hantu dan makhluk halus pun pada akhirnya dicap sebagai hal menyimpang, seperti contohnya jika ada beberapa manusia yang memiliki kemampuan yang terkait dengan ilmu-ilmu gaib pun malah dianggap sebagai magis, klenik, kafir, dan salah. Bila direfleksikan, memang ketidakmampuan manusialah yang justru menjadikan pemaknaan atas dunianya menjadi sempit. Sehingga hal-hal semacam hantu atupun makhluk halus ini dipahami sebagai persoalan yang irasional dan tidak logis.

Ada sebuah problematika besar dalam tayangan mistik yang selama ini dilanggengkan oleh media massa konvensional, yakni lebih menekankan form ketimbang konten dari mistisnya (van Heeren, 2007). Karena sifatnya masih konvensional, para kreator tayangan horor di televisi malah menekankan padahal teknis seperti kamera inframerah, rekaman suara hingga paranormal yang menjadi mediator antara khalayak dan alam gaib, tayangan-tayangan tersebut berupaya untuk membuat penonton menjadi takjub dengan fenomena gaib yang tampil di layar kaca mereka. Mereka justru luput untuk menarasikan pesan di balik kejadian-kejadian hantu tersebut, atau memang karena adanya batasan-batasan tertentu yang telah ditetapkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia dan Lembaga Sensor di Indonesia.

Adanya media digital yang dianggap sebagai media baru masa kini secara perlahan dan pasti merubah imej hantu ataupun makhluk halus yang sering kali dianggap sebagai “gangguan”, atau dalam Ilmu Komunikasi disebut sebagai “noise”. Media digital pada dasarnya juga merupakan sebuah alat komunikasi yang mampu menyampaikan ide dan gagasan secara massiv. Bedanya adalah ia telah memiliki fitur-fitur interaktivitas yang tidak dimiliki oleh media konvensional.

Tahun 2018 muncul kanalYoutube Jurnalrisa yang menyajikan pengkonstruksian hantu yang dikemas secara “fun” atau menyenangkan dan ceria. Hal ini lantas menjadi sangat kontradiktif dengan imej hantu yang telah dikonstruksikan di media massa konvensional. Jurnalrisa merupakan sebuah kanal Youtube yang ekslusif menayangkan konten vlogger mistik yang dikelola oleh Risa Saraswati dan tim. Jurnalrisa terbilang sangat kreatif dan uniksebabmampumerubahcara-cara lama tentangpengkonstruksianhantu di media massa dengan menggunakan platform Youtube. Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh penulis, Jurnalrisa tercatat telah melakukan sekitar 5 metode jurnalisme horror dalam proses peliputan dan penyajian konten mistik di kanalnya, yakni #tanyarisa, #jurnalrisapenelusuran, Jurnal Cerita Misteri, Jurnal Cerita Sejarah, dan Ghost cartour. Jurnalrisa selalu menggunakan praktik mediasi dengan hantu-hantu untuk mengajak mereka berbincang dan bercerita santai – yang secara jelas hal ini menjadi sangat mustahil bila dilakukan di media televisi.

Mereka biasanya mendatangi tempat-tempat seram, kemudian melakukan investigasi dengan para hantu atau makhluk halus di sana untuk bercerita dan membagikan kisahnya. Uniknya, Jurnalrisa secara jelas mendekonstruki sosok hantu sebagai subjek aktif, dan sebagai makhluk hidup. Mereka didekonstruksi sebagai subjek masih memiliki kehidupan, sebab masih memiliki pemikiran, intelektualitas, dan ilmu pengetahuan yang dapat dibagikan kepada manusia.

Mereka mampu merasakan energi dan memiliki emosi, serta memiliki etika dalam bersikap. Merekapun dihadirkan ulang dan diperlihatkan sebagaibagiandarialamataumakhlukhidup yang pada masa kini dijadikan sebagai fenomena kejadian sejarah di masa lampau. Sebagaimana pendapat McLuhan (1964) bahwa kehadiran media digital telah merubah cara berpikir manusia tentang dirinya dan alam semesta. Pemosisisan manusia sebagai konsumenpun berubah dari sebutan audiens (khalayak) menjadi user (pengguna).

Mereka secara bebas berperan sebagai produsen sekaligus konsumen produk budaya. Selama pandemi Covid-19, Jurnalrisa pun terus aktif memproduksi konten horornya dengan mengajak para penontonnya untuk menjadi peliput kisah horor di rumah mereka. Para penonton diminta untuk mengirimkan video hasil liputan mereka, lalu tim Jurnalrisa memanggil sosok hantu di video tersebut dan diajak bercerita di Jurnal Cerita Misteri. Selain itu, adanya pembatasan PPKM juga turut menelurkan ide kreatif Ghost car tour dengan melakukan penelusuran dan mediasi gaib di dalam mobil. Jurnalrisa menganggap bahwa keberadaan hantu ataupun makhluk halus tidaklah melulu negatif dan salah. Mereka perlu dipahami bersama-sama dengan dihadirkan sebagai subjek aktif yang hidup berdampingan dengan kehidupan sosial manusia.

(Penulis, Nur Amala Saputri,S.I.Kom., M.A.)

BURNOUT MENJADI ANCAMAN KESEHATAN MENTAL SAAT WORK FROM HOME

Ada begitu banyak kasus yang berkaitan dengan psikologis manusia saat pandemi Covid-

19 melanda hampir seluruh negara di dunia termasuk Indonesia. Banyaknya orang yang mengalami permasalahan kesehatan mental akibat pandemi Covid-19 bisa dipahami mengingat pandemi Covid-19 merupakan sumber stres baru bagi masyarakat dunia saat ini. Pandemi Covid-

19 juga membuat orang-orang yang dulunya punya mobilitas bekerja yang tinggi kini harus sedikit melambat dengan bantaun akses daring atau biasa dikenal dengan Work From Home (WFH).

Work from home (WFH) menjadi sebuah sistem yang muncul semenjak pandemi muncul. Bekerja di rumah dilakukan agar penularan virus Covid-19 bisa ditekan. Bagi sebagian orang Work  From  Home  (WFH) menjadi  hal  yang  menyenangkan  karena  bisa  lebih  santai  tanpa dikejar-kejar  jam  masuk  kantor.   Namun  di  balik  sebuah  Work  From  Home  (WFH)  dapat membuat seseorang mengalami kesehatan mental yang buruk.

Walaupun waktu dengan keluarga menjadi lebih banyak karena tidak harus bekerja di luar rumah. Padahal ada bahaya yang mengintai sistem kerja ini yaitu Burnout.Banyak orang menganggap Work From Home (WFH) jauh dari kata stres dan kelelahan. Nyatanya pekerja bisa mengalami burnout meski sedang Work From Home (WFH). dilansir dari laman resmi WHO, burnout adalah sindrom yang muncul karena stres selama bekerja. Stres tersebut tidak tertangani secara baik sehingga mengganggu pekerja.

Penyebab  burnout  dapat  berupa kelelahan  selama  Work From  Home  (WFH)  Karena seseorang tidak  bisa  memisahkan  pekerjaan  dengan  kehidupan pribadinya  Menurut  Andrew Schwehm, ahli psikologis klinis, dikutip dari The Muse, banyak orang kesulitan membagi waktu

saat Work From Home (WFH).  Kehidupan kerja dan pribadi yang menjadi satu membuat banyak pekerja kebingungan memisah nya. Terkadang mereka bekerja lebih dari 8 jam karena kesulitan menentukan jam kerja. Kebiasaan ini lambat laun berefek pada tubuh dan pikiran. Burnout akan muncul jika kebiasaan ini tidak teratasi.

Semakin banyak inovasi yang membantu seseorang bekerja agar lebih efektif, namun justru itu membuat seseorang bekerja lebih banyak dan pekerjaan juga akan selalu bertambah sampai seterusnya. Ini mentalitas kerja di abad 21, if you can do more, why not do more? Well, because….di tahun 2021, WHO memasukkan burnout ke dalam klasifikasi penyakit yang bisa berkontribusi terhadap kesehatan mental.

Dilansir dari situs Greatmind.com, Ada tiga dimensi yang mendefinisikan burnout, yaitu:

1. Exhaustion, artinya kelelahan, lemah, kekurangan energi, secara fisik maupun emosional.

2. Cynicism, sempat disebut juga depersonalisasi, yaitu saking capeknya, mulai ada perilaku dan mindset negatif kepada orang lain, gampang kesal, tidak ingin bersosialisasi, dan juga kalau idealisme mulai hilang.

3. Inefficacy,  jadi  produktivitas  atau  pencapaian  yang  menurun,  termasuk  juga  hilangnya kepercayaan diri dalam bekerja.

Mungkin sebagian dari kita pernah mengalami salah satu dari ketiganya. Yang berbahaya adalah saat    ketiganya    terjadi    bersamaan,    dan    dibiarkan    saja,    atau    tidak    ditindaklanjuti. Karena burnout adalah efek jangka panjang dari situasi kerja yang menekan.

Melansir dari Forbes (29/03/2020), ada sebuah tanda-tanda burnout yang dapat dilihat. Pekerja akan kesulitan berkonsentrasi saat bekerja. Mereka juga lebih sulit menangkap informasi yang disampaikan.  Pekerja  cenderung  mengindari  pekerjaan. Tidak  jarang  karyawan  terlambat mengikuti rapat online. Pekerjaan mereka juga sering tertunda atau telat.  Efek burnout selama Work From Home (WFH) juga membuat performa kerja menurun dan bedampak pada kualitas pekerjaan karyawan tidak sebaik biasanya.

(Penulis, Aulia Azizah)