Mahasiswa Sosiologi UWM Belajar Budaya Politik Pangan

Mahasiswa Program Studi Sosiologi Universitas Widya Mataram Yogyakarta yang mengambil mata kuliah Budaya Politik Pangan mengadakan kunjungan kuliah lapangan di Desa Wisata Brayut, Sleman, pada Jumat, 6 Desember 2024. Kegiatan ini didampingi  Puji Qomariyah, dosen pengampu mata kuliah tersebut, dan bertujuan untuk mengimplementasikan teori yang telah dipelajari di kelas melalui pengalaman langsung di lapangan.

Desa Wisata Brayut, berlokasi di Kecamatan Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, merupakan salah satu contoh keberhasilan pengembangan potensi desa melalui konsep pariwisata berbasis masyarakat. Desa ini dikelola oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, yang telah mengembangkan berbagai inisiatif untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial masyarakat.

Sejarah Desa Wisata Brayut bermula dari upaya masyarakat setempat untuk mengoptimalkan sumber daya lokal dan memberdayakan potensi wilayah. Melalui pendekatan partisipatif, warga berhasil mengubah tantangan menjadi peluang dengan mengembangkan konsep desa wisata yang memadukan potensi pertanian, budaya, dan pariwisata. Desa ini resmi menjadi desa wisata pada awal tahun 2000-an, dengan fokus utama pada pelestarian nilai-nilai tradisional dan pemanfaatan potensi agraris. Brayut telah berhasil menciptakan pengalaman wisata berbasis edukasi, seperti belajar menanam padi, memanen hasil bumi, hingga praktik kuliner tradisional.

Dalam sambutannya, Puji Qomariyah menyatakan bahwa kegiatan ini merupakan upaya mempertemukan teori budaya politik pangan yang dipelajari di kelas dengan praktik nyata di masyarakat. “Budaya politik pangan adalah refleksi dari bagaimana masyarakat memahami, memproduksi, dan mendistribusikan pangan sebagai bagian dari identitas, kebijakan, dan keberlanjutan. Melalui kuliah lapangan ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami dinamika pemberdayaan masyarakat sekaligus mengaitkannya dengan kebijakan pemerintah, seperti program makan siang bergizi gratis yang diinisiasi oleh Presiden Prabowo,” ujar Puji.

Program makan siang bergizi gratis, lanjutnya, merupakan langkah strategis pemerintah untuk menjamin kesejahteraan pangan, sekaligus memberdayakan masyarakat pedesaan sebagai penyedia bahan pangan lokal. Desa Wisata Brayut merupakan salah satu contoh bagaimana masyarakat dapat mengelola potensi lokalnya secara berkelanjutan. “Konsep one village one product yang diterapkan di Brayut adalah cerminan nyata pemberdayaan berbasis lokalitas, di mana produk unggulan desa seperti beras organik dan hasil olahan tradisional menjadi aset utama yang mendukung pariwisata sekaligus meningkatkan kemandirian ekonomi,” tambahnya.

Mahasiswa yang hadir dalam kegiatan ini diajak berinteraksi langsung dengan masyarakat Desa Brayut untuk memahami proses pemberdayaan, mulai dari pengelolaan lahan pertanian, cara mengolah makanan tradisional, menyajikan hingga makan ala desa sebagai bentuk kegiatan wisata edukasi. Mereka juga diajak berdialog dengan pengelola desa wisata untuk memahami tantangan dan peluang dalam mengembangkan desa berbasis agraris.

Kegiatan kuliah lapangan ini diharapkan dapat memberikan inspirasi kepada mahasiswa untuk tidak hanya memahami teori, tetapi juga berkontribusi pada pengembangan kebijakan berbasis masyarakat yang berkelanjutan. Desa Wisata Brayut menjadi contoh bagaimana pemberdayaan masyarakat berbasis agraris dapat mendukung kedaulatan pangan sekaligus mempromosikan nilai-nilai tradisional kepada generasi muda dan masyarakat luas.

@Humas FisipolUWM

SHINE FOR YOUTH: Anak Muda Membangun PerdamaiaYogyakarta, 16-17 November 2024

PERCA Resource Center for Women and Girls bekerja sama dengan Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Widya Mataram – Yogyakarta mengadakan program “SHINE FOR YOUTH: Anak Muda Membangun Perdamaian”. Acara ini bertempat di Kampus Terpadu Universitas Widya Mataram – Yogyakarta dan diikuti oleh 35 mahasiswa Universitas Widya Mataram – Yogyakarta.

PERCA Resource Center for Women and Girls adalah sebuah organisasi independent

yang bergerak dalam penguatan hak-hak perempuan dan remaja perempuan dengan cara memberdayakan perempuan dan remaja perempuan serta membangun sistem dukungan dan menciptakan ruang aman bagi perempuan dan remaja perempuan untuk mencegah kekerasan berbasis gender. PERCA adalah bagian dari gerakan perempuan. PERCA melihat ketidaksetaraan gender, kekerasan, dan diskriminasi terhadap perempuan terjadi di ranah global maupun lokal. PERCA mendorong perempuan dan remaja perempuan untuk menyuarakan hak-hak mereka, mendapatkan akses, kesempatan, dan kontrol atas keadilan gender, dan terlibat dalam proses pengambilan keputusan di dalam relasi intim, organisasi, maupun komunitas.

Program SHINE FOR YOUTH bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran peserta tentang keberagaman, toleransi, perdamaian, penghapusan kekerasan berbasis gender, dan anti-kekerasan di kalangan anak muda. Selain itu, program ini juga dimaksudkan untuk membuat anak muda menjadi pelopor perdamaian di lingkungan kampus dan komunitasnya masing-masing.

Latar  belakang  program  ini  berangkat  dari  sikap  dan  pandangan  intoleransi  dan

diskriminasi yang masih banyak berlangsung di lingkungan sosial kita. Keberagaman identitas baik wilayah, suku, agama, gender, ideologi, dan lain-lain kerap kali melahirkan perpecahan, konflik, hingga  kekerasan.  Padahal,  keberagaman  yang  ada  justru  perlu  disikapi  sebagai kearifan dan kekayaan budaya. Dalam konteks ini, anak muda yang sedang mencari jati dirinya akan menentukan sikap dan pandangan toleransi serta keberagaman. Proses di masa dewasa muda ini merupakan proses yang cukup menentukan dalam perjalanan hidup seseorang dan pembentukan keyakinan serta nilai hidup seseorang. Di dalam hal keberagaman, masa dewasa muda ini akan menentukan apakah seseorang akan menjadi orang dengan toleransi tinggi, menghargai keberagaman, memiliki pandangan adil gender, serta mencintai perdamaian, ataukah akan menjadi kelompok radikal atau ekstrimisme yang hanya memikirkan kepentingan kelompoknya dan tidak menghargai, bahkan dalam taraf ekstrim, melakukan kekerasan terhadap kelompok lainnya. Sehingga intervensi terhadap anak muda dipandang sebagai langkah yang strategis, karena selain mereka masih berada di masa pencarian yang cukup menentukan dalam hidupnya, juga karena ruang untuk bergerak mereka yang masih panjang dan luas.

Narasumber dan fasilitator program ini berasal dari PERCA Resource Center for Women and Girls serta dari dosen dan mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Widya Mataram – Yogyakarta. Program ini juga berkolaborasi dengan Indika Foundation, Peace Generation, dan PWC Indonesia. Program yang akan berlangsung selama 2 hari ini akan menggunakan berbagai macam metode yang menarik dan interaktif, seperti curah gagasan, diskusi reflektif, sharing pengalaman, nonton film pendek, game, bermain peran, diskusi kelompok, ceramah, pentas seni, dan lain-lain

HumasFisipolUwm

Aneh Dinamika Demokrasi di Indonesia

Dinamika demokrasi di Indonesia cenderung aneh karena indek demokrasinya naik tetapi kontrol korupsi, dan berbagai penyimpangan, menurun. Kemudian terjadi politisasi hukum untuk kepentingan segelintir orang. Ini menandakan terjadinya regresi demokrasi.

“Government index Indonesia, demokrasi kita hanya meningkat, anehnya yang lain, seperti  kontrol korupsi, dan penyimpangan lainnya menurun. Negara-negara lainnya, demokrasinya meningkat, government-nya meningkat. Apakah ini menunjukkan demokrasi kita hanya formalistik, procedural saja?,” kata Rektor Universitas Widya Mataram (UWM) Prof. Edy Suandi Hamid.

Pendapat tersebut disampaikan pada pembukaan seminar tentang “Budaya Partisatif Kampus Dalam Melawan Regredasi Demokrasi,” yang diselenggarakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) UWM.

Edy Suandi Hamid menyatakan, demokrasi prosedural bisa dilihat dari praktik-praktik destruksi politik. Para pemilih didaftar, dan para aktor maupun pengawas membiarkan pemilihan umum yang transaksional.

“Bagaimana orang orang memilih calon presiden, atau calon anggota parlemen, hak suaranya bisa ditukar dengan paket sembako.”

Kemudian terjadi juga demokrasi “dibunuh”oleh demokrasi itu sendiri. Terdapat segelintir orang ingin menjadi presiden atau kepala daerah, maka Mahkamah Konstitusi “diminta”untuk mengubah pasal-pasal dalam undang-undang yang terkait pemilihan umum.

“Itu namanya demokrasi membunuh demokrasi, dengan menyalahgunakan atau mengubah undang-undang. Bayangkan demokrasi dirusak untuk seorang ingin yang menjadi presiden, ingin menjadi kepala daerah.”

Kepada para mahasiswa Fisipol, Edy Suandi mengingatkan agar responsif dan aktif merespon dengan kondisi lingkungan dan perubahan sosial yang terjadi.

“Mahasiswa itu jangan belajar saja, silakan peduli pada lingkungan, apalagi persoalan berkaitan bangsa.”

Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada Dr. Sulhan menyatakan, regresi demokrasi yang tengah terjadi di Indonesia, penyebab utamanya disinformasi di media sosial.

Disinformasi yang paling dahsyat dilakukan melalui media sosial oleh para buzzer dan sebagian influenser. Pilihan media sosial didasari pertimbangan, penyebarannya masif dan tidak terkontrol. Karakter media sosial yang berbasis internet mampu menembus batas.

“Dalam media sosial tidak ada atau minimalis kontrol pemerintah oleh warga. Tidak ada kontrol atau bebas dalam ‘ruang’ kumpul, berserikat secara maya secara bebas. Karena lemah kontrol, maka regulasi apapun kehilangan esensi penegaknya,” kata dosen Ilmu Komunikasi UGM tersebut.

Dekan Fisipol UWM Dr. As Martadani menyatakan, Indonesia Tengah mengalami kemunduran dalam praktik-praktik demokrasi.

“Komitmen terhadap prinsip-prinsip demokrasi hilang seperti kebebasan, kesetaraan, dan akuntabilitas, sementara negara mengalami pergeseran ke arah otoritarianis.”

Indikasi lain terjadinya regresi demokrasi terjadinya penurunan kualitas institusi demokrasi dan penegakan hukum.

“Meningkatnya ketegangan dan konflik di masyarakat, partisipasi masyarakat menurun meskipun terjadi budaya dan politik populisme.”

Sementara Dosen Fisipol Universitas Hasanudin Haryanto, MA mengatakan, penurunan demokrasi harus disikapi oleh kalangan muda untuk peduli lingkungan dengan terlibat dalam praktik-praktik kearifan lokal yang bisa membangkitkan demokrasi seperti gotong royong dan kegiatan sosial yang melibatkan warga secara massal.

“Yang sangat penting mahasiswa perlu merebut ruang publik lewat aksi demonstrasi, pengerahan massa. Atau kita aktif melecut kesadaran masyarakat untuk peduli dengan persoalan sosial.”

HumasFisipolUwm

Mataram dan Trunojoyo Kerjasama Mengantar Mahasiswa Sukses

Mengantarkan mahasiswa sukses pada masa kuliah sampai pasca kuliah menjadi tugas sivitas akademi perguruan tinggi.

Sukses masa kuliah identik dengan tugas perguruan tinggi melayani dan mendorong mahasiswa mendalami ilmu-ilmu yang menjadi konsentrasi kuliah (hard skill) dan mendorong mahasiswa aktif untuk mengikuti kegiatan ekstra akademik dan non-akademik untuk menguasai ketrampilan lunak (soft skill).

Menyiapkan mahasiswa menguasai hard skill dan soft skill menjadi misi perguruan tinggi untuk mengantarkan para lulusannya sukses.

Misi tersebut menjadi tekad bersama antara Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Widya Mataram (Prodi Sosiologi Fisipol UWM) dan Prodi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya Universitas Trunojoyo Madura (Prodi Fisib UTM).

Tekad tersebut diformulasikan dalam penandatangananan kesepahaman kerjasama (Memorandum of Understanding/MoU) antara Dekan Fisipol UWM, Dr. As Martadani, MA, dan Dekan Fisib UTM, Dr. Dinara Maya Julijanti, S.Sos, M.Si.

Kemudian, dua pihak  menandatangani  pelaksanaan kerjasama (Memorandum Of Agreement/MoA) antara Ketua Prodi Sosiologi Fisipol UWM, Dr. Mukhijab, MA, dan Ketua Prodi Sosiologi Fisib UTM, Dr. Arie Wahyu Prananta, S.PI, M.Sos.

Kegiatan itu dilangsungkan di Ruang Serba Guna Prodi Sosiologi Fisib UTM di Jl. Raya Telang, Perumahan Telang Inda, Telang, Kec. Kamal, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, Jumat (30/8/2024), yang dihadiri para dosen Sosiologi UTM dan UWM.

Dekan Fisib UTM Dinara Maya Julijanti menyambut positif kesepahaman dan pelaksanaan kerjasama  Prodi Sosiologi UTM dan Prodi Sosiologi UWM.

Faktor Madura dan Yogyakarta, menurutnya, menjadi daya tarik dari aspek sejarah dan budaya. Aspek substansil tentang budaya matrilineal yang berlakudi di Madura, dan sebaliknya budaya patrilineal yang dominan di Yogyakarta.

Dalam budaya Madura, matrilineal menjadi budaya dominan dalam sistem keluarga, yaitu sistem kekerabatan yang menarik garis keturunan dari pihak ibu (perempuan). Setiap perwakilan, laki-laki harus mengikuti atau mengidung ke pihak istri. Mereka harus membangun rumah berjajar dalam keluarga inti di suatu kompleks.

Sebaliknya Yogyakarta lebih dominan pada sistem patrilineal yaitu sistem kekeluargaan yang menarik garis keturunan pihak laki-laki atau ayah. Meskipun dalam sistem keluarga tidak selalu perempuan  mengikuti laki-laki, tetapi laki-laki lebih dominan dalam sistem kekerabatan dan praktik-praktik kehidupan masyarakt seperti politik.

“Kita bisa riset bersama maupun kuliah gender sistem kekerabatan Madura dan Yogyakarta dengan perspektif yang multidisiplin,” kata Dinara Maya Julianti.

Martadani merespon positif ajakan mengembangkan kajian multidisiplin tersebut. Dari segi sumber daya dosen, lingkungan pendidikan dan budaya Yogyakarta, dan keterbukaan dalam berpikir di lingkungan Fisipol UWM, khususnya di Prodi Sosiologi UWM, praktik Tridharma Perguruan Tinggi di bidang pendidikan seperti pertukaran dosn, bidang penelitian seperti riset bersama dosen, dan pengabdian masyarakat bisa segera dilaksanakan dalam waktu dekat.

“Banyak kesamaan dari segi kurikulum di Prodi Sosiologi UWM dan Prodi Sosiologi UWM seperti kuliah kebudayaan, gender, dan mata kuliah lain, peluang melaksanakan kerjasama dua pihak sangat terbuka dalam waktu dekat,” kata Martadani yang didampingi dosen Prodi Sosiologi Dwi Astuti, M.Si.

Dalam diskusi usai penandatanganan, para dosen mengusulkan eksekusi kerjasama dalam bentuk kuliah dosen tamu maupun pertukaran dosen, penulisan bab buku, penulisan jurnal, dan sejumlah bentuk kerjasama lainnya.

“Kita sudah tanda tangan kerjsama, kita tidak perlu bertele-tele untuk pelaksanaannya. Dosen Sosisologi UTM dan UWM harus sut-set (trengginas) melaksakan kerjsama,’ kata Ketua Prodi Sosiologi UTM Arie Wahyu Prananta.

Terdapat sejumlah dosen Prodi Sosiologi UTM berasal dari Jawa Tengah, sangat berhasrat untuk segera melaksanakan Kerjasama. “Ada ibu dosen dari Magelang, ini sangat berhasrat dengan pertukaran dosen mengajar,” kata Arie Wahyu Prananta yang disambut tawa teman-temannya.

Kunjungan Ombusmen Jatim

Prodi Sosiologi UWM melengkapi kegiatan di Jawa Timur dengan kunjungan dan diskusi dengan Kepala Keasistenan Penerimaan Verifikasi dan Laporan (Dumas) Perwakilan Ombusmen Jawa Timur Muflihul Hadi.

Hadi menjelaskan dinamika pelayanan dan pelaksanaan tugas Perwakilan Ombusmen Jawa Timur didominasi persoalan sengketa tanah. Masalah tanah seksi karena sengketa melibatkan warga sipil dan non sipil maupun sengketa antarwarga sipil.

“Karakter warga di wilayah kerja Perwakilan Ombusmen Jawa Timur spontanitasnya tinggi. Mereka mengadu sengketa tanah atau masalah lain, yang hadir ke Ombusmen melibatkan orang yang bersengketa dan para pendukung. Mereka memilih hadir langsung di kantor dengan alasan agar Ombusmen segera bisa bekerja dan memutuskan,”kata Hadi.

Dalam kesempatan terpisah, Ketua Perwakilan Ombusmen Jawa Timur Agus Muttaqin, SH menyatakan pertemuan Prodi Sosiologi UWM dan kepala Dumas bisa saja ditindaklanjuti dengan kerjasama. Prosesnya, Prodi Sosiologi UWM harus melakukan MoU dengan Ombusmen Pusat. Apabila tahap itu selesai, Prodi Sosiologi UWM bisa kerjasama dengan semua Perwakilan Ombusmen.

HumasFisipolUWM

Lulusan Berkualitas Buka Peluang Besar Mencapai Sukses

Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Widya Mataram (Fisipol UWM) Yogyakarta melepas 41 calon wisudawan pada acara Yudisium dan Pelepasan Calon Wisudawan Semester Genap 2023-2024, Selasa (13/8/2024).

Para calon wisudawan berasal dari Program Studi (Prodi) Administrasi Publik (AP) sebanyak 18 orang, Prodi Sosiologi 17 orang, dan Prodi Ilmu Komunikasi (Ilkom) 7 orang.

Dekan Fisipol UWM Dr. As Martadani Noor, MA menyatakan, kualitas lulusan semester genap ini meningkat. Dilihat dari segi indek prestasi kumulatif (IPK), lulusan AP dengan IPK rata-rata 3.52, Sosiologi 3.20, dan Ilkom 3.53. Para lulusan terbaik dari AP Sri Hastuti dengan IPK 3.85, Prodi Sosiologi Mei Diana Putri (3.68), dan Prodi Ilkom Desmiati (3.76).

Dari segi lama studi pada mahasiswa penerima Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah rata-rata masa studi 3 tahun 11 bulan.

Martadani menyatakan, “Dibanding lulusan semester ganjil, jumlah mahasiswa yang lulus, IPK, dan masa kuliah, terjadi peningkatan signifikan semester ini.”

Fakta ini menjadi bukti kuliah di Fiipol UWM bisa berlangsung dalam waktu singkat. “Program studi Sosiologi yang dikenal lama lulusnya, kali ini bisa meluluskan mahasiswa dengan masa kuliah 3 tahun 11 bulan. Ini indikasi peningkatan kualitas yang signifikan. Tidak ada lagi istilah kuliah di Fisipol UWM lama lulusnya,” kata Martadani.

Dengan meningkatnya masa lulus dan IPK, menurutnya, peluang lulusan untuk bekerja maupun membuka lapangan kerja akan makin besar. Para pemangku kepentingan dalam bidang ketenagakerjaan bisa melihat bagaimana proses kuliah di Fisipol UWM dan masa kuliah serta IKP menjadi pertimbangan dalam seleksi tenaga kerja.

Sementara Rektor UWM Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, M.Ec menyatakan, idealnya para lulusan bisa berkiprah di masyarakat dan berkarir dengan sukses.

“Syarat para lulusan UWM lulus kuliah dan sukses, mereka harus menjaga integritas. Apa yang keluar dari mulut atau apa yang dikatakan harus sesuai dengan tindakannya. Itu menjadi track record di masyarakat.”

Kemudian para lulusan memiliki ketrampilan lunak tertentu, pencapaian tertentu selama kuliah. “Ijazah sama tetapi branding pribadi menentukan lulusan perguruan tinggi bisa lulus sekaligus sukses.”

Rektor berpesan kepada lulusan untuk menjaga penampilan. Ketika hadir dalam forum seperti yudisium dan pelepasan berpenampilan rapih dan necis, maka pada saatnya di masyarakat penampilan baik itu dipertahankan.

Acara pelepasan dan yudisium terseut dihadiri oleh seluruh calon wisudawan dan perwakilan alumni, Dr. Idham Ibty, dosen Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta***

HUMASFISIPOLUWM

Djaja Hendra Saksi Dinamika Sosiologi UWM

Dosen senior Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Widya Mataram (UWM) Dr. Djaja Hendra, MSi memasuki masa pension mulai 1 Juni 2024.

Pakar sosiologi klasik ini mengajar di Prodi Sosiologi UWM sejak 1992. Dengan demikian, purna tugas pada masa pengabdiannya memasuki tahun ke-32.

“Alhamdulillah masa pengajaran saya berakhir khusnul khatimah, dalam arti saya selesai sampai akhir masa pengabdian,” kata Djaja Hendra di hadapan para dosen yunior di Ruang Nusantara Fisipol UWM (18/6/2024). Acara yag sama

Menurutnya teman-teman seangkatan sebagian besar telah “jatuh cinta” ke kampus lain. “Saya bertahan di Sosiologi UWM sampai pension.Jadi alhamdulillah khusnusl khatimah.”

Saat awal ditugaskan sebagai dosen yang diperbantukan dari Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah V Yogyakarta, Djaja Hendra bergabung dalam Prodi Sosiatri.

“Awalnya saya mengajar di Prodi Sosiatri. Beberapa tahun berikutnya, prodi ini berubah menjadi Prodi Sosiologi,” katanya di depan para yunior penerusnya.

Dalam perjalanan karirnya, Djaja Hendra sempat memangku jabatan Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisipol) UWM pada 2003-2004.

Selama mengajar bertemu dengan mendiang Sri Sultan Hamengku Buwono IX, sebagai pendiri kampus UWM. Tetapi pertemuan itu terjadi pada saat kampus mengalami krisis seperti mahasiswa demonstrasi.

“Kalau ada demonstrasi mahasiswa, Ngarso Dalem Sri Sultan Hamengku Buwono IX datang ke kampus. Pada saat itu, saya dan dosen lain bisa bertemu, bertatap muka dengan Ngarso Dalem.”

Pengalaman sangat berharga bersama Ngarso Dalem, menurutnya, terjadi pada saat LLDIKTI mau melakukan akreditasi. Setiap mau akreditasi harus membayar.

“Kita harus membayar biaya akreditasi. Saya menyampaikan ke Ngarso Dalem langsung soal ini, dan beliau menandatangani cek, lalu saya diminta ambil uang esok harinya.”

Selama mengajar telah meluluskan rausan mahasiswa. Di antara mahasiswa dan bimbingannya yang akhirnya menjadi kolega dosen, Dr. As Martadani Noor, yang menjabat dekan (2023-2027).

Martadani Noor menyatakan terkesan dengan pengajaran dosennya, Djaja Hendra yang disebutnya jelas, detail, dan menyegarkan pemikirannya.

Sebagai dosen terlama dalam perjalanan Prodi Sosiologi, menurutnya, jasa Djaja Hendra tak terhitung.

“Saya tidak bisa detail menyebut berapa banyak sumbangan pak Djaja ke Prodi Sosiologi dan fakultas serta universitas.”

Ketekunan dan kesetiaannnya teruji. Ini bisa dibuktikan dengan tetap menjadi dosen Prodi Sosiologi sampai akhir masa pengabdiannya.

“Banyak dosen lain pindah ke kampus lain, sementara Djaja Hendra tetap  bertahan. Maka konstribusi untuk pengembangan Prodi Sosiologi, fakultas, dan universitas sangat banyak.”

Martadani mengakui keteladanan Djaja Hendra ikut memicu dirinya bergabung dengan Prodi Sosiologi UWM. “Ada nama Sri Sultan Hamengku Buowo IX membuat saya tertarik untuk masuk kuliah di UWM. Ketika ditawari menjadi dosen,  ada nama pak Djaja Hendra yang memicu saya masuk ke sini.”

Sebagai dekan, Martadani berharap status pension tidak memutus silaturahmi Djaja Hendra dan para yuniornya di kampus.

Kelas Produksi Konten Media Hadirkan Alumni UWM Sebagai Praktisi

Kuliah Peoduksi Konten Media Prodi Ilmu Komunikasi UWM. Mata kuliah praktikum yang diampu oleh Nur Amala Saputri, M.A ini merupakan mata kuliah wajib yang harus diambil oleh mahasiswa Ilmu Komunikasi UWM di jenjang semester 6. Pada kesempatan ini, kelas Produksi Konten Media kembali menghadirkan praktisi sebagai narasumber dalam kuliahnya.

Praktisi yang dihadirkan adalah salah satu alumni Prodi Ilmu Komunikasi UWM angkatan 2019, bernama Aulia Azizah S.I.Kom, Jumat (7 Juni 2024). Alumni ini sedang merintis usaha di bidang industri kreatif yakni produksi konten digital, dan saat ini merupakan founder sekaligus direktur di Lost in Jogja.

Dalam perkuliahan tersebut, Aulia mendiskusikan materi terkait pentingnya copywriting dalam produksi konten media digital. Lebih lanjut, Beliau juga menjelaskan tentang tren dan peluang usaha yang kini dapat dikembangkan oleh mahasiswa Ilmu Komunikasi seteleh lulus nanti.

Dosen Ilkom Melatih Pemilahan Sampah Elektronik

Dosen dan mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Widya Mataram mengadakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat di dusun Demen, Pakembinangun, Kec. Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kegiatan pengabdian ini mengangkat topik sampah elektronik yang berbasis gender.

“Tujuan kegiatan untuk memberikan literasi sampah elektronik (e-waste) berbasis gender bagi kalangan generasi Z, yang belum banyak yang memahami problem sampah elektronik,” kata Ketua Program Studi Ilmu Komunisi Amala Saputri saat pembukaan acara di dusun Demen, Pakembinangun, Kec. Pakem, Sleman (22/5/2024).

Kegiatan pengabdian dibagi menjadi tiga sesi, yang diawali pemaparan dan pelatihan memilah jenis-jenis sampah. Dilanjutkan sesi dua, diskusi terkait seks dan gender. Fasilitator yang berasal dari para dosen dan mahasiswa menyampaikan penjelasan serta melatih kategori dan konsep gender.

Pada sesi tiga, menurut Amala, para fasilitator mengajak peserta bermain dengan peragaan peran keluarga.

“Peserta dilibatkan sebagai sebuah keluarga, yang berperan sebagai ayah dan ibu, anak, serta bagaimana mengelola lembaga keluarga, termasuk bagaimana manajemen biaya.”

Peran keluarga juga memainkan peran bagaimana memilah sampah rumah tangga, termasuk memilih sampah elektronik dan cara membuangnya.

@Humas Fisipol Widya Mataram

Mahasiswa Sosiologi UWM Dilatih Menjadi Pebisnis Cokelat

Taman Kakao Banjaroya adalah desa wisata yang terletak di desa Banjaroya, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. Taman ini fokus pada budidaya tanaman kakao serta pengolahan hasil kakao menjadi berbagai produk. Sebagai destinasi agrowisata, taman ini menawarkan pengalaman edukatif dan rekreatif bagi pengunjung yang ingin belajar tentang proses penanaman, pemeliharaan, panen, dan pengolahan kakao.

Kamis 30/5/2024 mahasiswa Sosiologi Universitas Widya Mataram melakukan kunjungan ke taman kakao dalam rangka kuliah lapangan Matakuliah Sosiologi Lingkungan yang diampu oleh Puji Qomariyah kolaborasi dengan Paharizal yang mengampu matakuliah Gerakan Ekologi Sosial dan Sosiologi Pariwisata.

Puji dosen sosiologi yang mendampingi mahasiswa  memberikan keterangan,  kunjungan ini memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk kuliah diluar kelas yang diharapkan dapat meningkatkan kesadaran mahasiswa tentang pentingnya perlindungan lingkungan dan praktik pertanian yang ramah lingkungan, dengan melihat langsung bagaimana praktik pertanian berkelanjutan di taman kakao. Selanjutnya dengan pengalaman ini diharapkan mahasiswa untuk mempraktikkan pertanian berkelanjutan di masa depan, baik dalam karir profesional mereka maupun dalam kehidupan sehari-hari.

 Taman Kakao Banjaroya tidak hanya memberikan manfaat ekonomi bagi petani lokal tetapi juga meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pertanian berkelanjutan dan pelestarian lingkungan. Taman ini menjadi contoh bagaimana sektor pertanian dan pariwisata dapat bersinergi untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.

Dosen sosiologi lainnya, Paharizal mengatakan, kunjungan ini dapat menginspirasi  wirausaha baru. Dengan melihat langsung proses dari budidaya hingga produksi kakao dapat memberikan wawasan tentang peluang bisnis dalam industri kakao. Mahasiswa dapat memahami lebih dalam tentang dampak sosial dan ekonomi dari perkebunan kakao terhadap komunitas lokal, termasuk bagaimana perkebunan ini dapat menjadi sumber mata pencaharian bagi petani.

Taman Kakao Banjaroya dikelola oleh Kelompok Tani Ngudi Rejeki yang berdiri pada tahun 2008 dengan luas lahan 3 hektar yang terdiri dari 4 padukuhan.  Dalam wawancara dengan Johan Salbiantoro ketua Kelompok  Tani ini menyampaikan bahwa taman ini menawarkan tur edukatif di mana pengunjung dapat melihat proses penanaman, pemeliharaan, dan panen kakao. Pengunjung juga dapat belajar tentang pengolahan biji kakao menjadi produk-produk seperti cokelat, bubuk kakao, dan lain-lain.

Taman Kakao Banjaroya menggunakan teknik budidaya yang ramah lingkungan, termasuk praktik agroforestri di mana tanaman kakao ditanam bersama tanaman peneduh dan tanaman lainnya. Petani menggunakan pupuk organik dan teknik pengendalian hama alami untuk menjaga kualitas tanah dan tanaman.

Johan menambahkan ….”Pengunjung dapat melihat dan belajar tentang proses fermentasi, pengeringan, pemanggangan, dan pembuatan cokelat. Taman Kakao Banjaroya juga menjual produk-produk olahan kakao yang dihasilkan oleh petani lokal” promonya mengakhiri perbincangan.

Perkebunan kakao dengan teknik agroforestri, di mana pohon kakao ditanam bersama pohon-pohon lainnya, dapat mendukung keanekaragaman hayati. Pohon-pohon naungan dan tanaman lain yang ada di perkebunan dapat menyediakan habitat bagi berbagai spesies flora dan fauna. Tanaman kakao dan pohon naungan dapat menyerap karbon dioksida dari atmosfer, membantu mengurangi jumlah gas rumah kaca yang berkontribusi terhadap perubahan iklim. Akar tanaman kakao dan pohon naungan dapat membantu menahan tanah, mengurangi erosi dan menjaga kualitas tanah. Vegetasi yang beragam dalam sistem agroforestri dapat meningkatkan infiltrasi air ke dalam tanah, mengurangi limpasan permukaan dan membantu dalam konservasi air.

@Humas Fisipol Widya Mataram

Mahasiswa Sosiologi UWM Menyiapkan Diri Sebagai Sosioprener

Sosioprener (sociopreneur) bisa menjadi mas a depan mahasiswa sosiologi karena bisnis ini memadukan pencapaian keuntungan finansial dan multiefek sosial bagi kesejahteraan orang banyak.

Antonius Satria Hadi, PhD menyatakan, kalangan mahasiswa yang menekuni ilmu sosial sangat relevan mendalami dan mempraktikkan bisnis yang memadukan orientasi keuntungan finansial dan efek sosial tersebut.

Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Widya Mataram (UWM) Yogyakarta itu menyatakan, kewirausahaan dalam era digital menekankan sudut pandang yang baru, yang didasarkan pada pola pikir positif (positive mental attitude).

Menurutnya, sosioprener bisa mulai dengan menggalakkan kemampuan untuk melahirkan sesuatu yg baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya

Kemudian memadukan sudut pandang yang baru dan kombinasi pemikiran baru (perspektif).Pemasaran produk misalnya, strategi pemasaran online perlu diprioritaskan, selain menerapkan pemasaran offline.

“Sosioprener bisa menghadirkan barang atau jasa yang sebelumnya sama sekali belum ada untuk dipergunakan,” kata dia.

Pijakan berpikir sosioprener bisa berangkat dari dua aspek yaitu bisnis dari hobi atau bisnis untuk memberi solusi.

Manager JazziePro Yogyakarta Alexander John Hartarto menceritakan pengalaman wirausaha. Awal merintis karir, Alex bekerja di beberapa perusahaan dan pindah-pindah kota.

Ketika mengalami jenuh dengan pekerjaannya, terdapat keinginan untuk bekerja secara mandiri. “Awalnya bingung, bagaimana mulai wirausaha, dari mana mulai, dan bagaimana modalnya.”

Pada saatnya menemukan jenis usahanya, memproduksi alat musik pukul berupa kajon, dan memasarkan produk alat musik pabrikan, Alex mengaku usahanya tidak otomatis mendatangkan untung, keuntungan diperoleh melalui proses manajemen yang sistematis.

“Kami mulai dengan branding produk sendiri di media sosial, mendapat respon dari konsumen, dan strategi ini dijalankan secara konsisten dan berlanjut.”

Pada perjalanannya bisnis alat musik berhasil, dipadukan dengan persewaan sound system. “Kalian sebagai mahasiswa bisa mulai mencari referensi usaha apa yang bisa dijalankan, kemudian apa yang dibutuhkan oleh orang lain. Ketika ketemu apa yang bisa dijadikan usaha, mulai saja jangan takut, dan jangan ragu.”

Pandangan tersebut disampaikan di depan mahasiswa Program Studi (Prodi) Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UWM pada acara Workshop Kewirausahaan dan Pemasaran Online Sebagai Profesi Masa Depan Lulusan Sosiologi, Kamis (16/5/2024). Para peserta mahasiswa peserta matakuliah kewirausahaan dan peminat lainnya dari Prodi Sosiologi. Pelaksana kegiatan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Sosiologi, dan pembicara Antonius Satria Hadi, PhD, Alexander John Hartarto, dan Dekan Fisipol UWM Dr. Martadani Noor, MA.

Ketua Prodi Sosiologi Fisipol UWM Dr. Mukhijab, MA menyatakan, workshop kewirausahaan bagi mahasiswa sosiologi ini bagian dari usaha Prodi Sosiologi Fisipol UWM membekali ketrampilan lunak (soft skill) bagi mahasiswa. Dengan usaha demikian, para lulusan sosiologi bisa leluasa untuk merintis karir usai mereka lulus kuliah.

Mereka bisa menyiapkan karir wirausaha sosial atau sosialprener misalnya, yang berkaitan erat dengan matakuliah sosiologi.

Dari workshop tersebut, para mahasiswa mendapat tugas untuk membuat prototip usaha yang ingin mereka rintias. ***