Shulbi Muthi Sabila SP,M.I.Kom

ESENSI “PENGORBANAN” DI HARI RAYA IDUL ADHA DALAM MASA PANDEMI

Tak terasa dua tahun sudah kita merayakan hari Raya Idul Adha dalam kondisi yang masih sangat memprihatinkan. Lonjakan kasus Covid-19 yang masih terus meningkat membuat suasana di tahun ini dipenuhi oleh duka yang mendalam terutama dari keluarga maupun kerabat yang ditinggalkan. Kondisi inilah yang pada akhirnya membuat masyarakat pasrah dengan apapun kebijakan yang diputuskan oleh Pemerintah, dari mulai Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat yang satu sisi dirasa begitu mencekik sebagian kelompok masyarakat yang perekenomiannya terdampak secara signifikan. Hingga tibalah hari ini, dimana umat muslim dunia merayakan Hari Raya Idul Adha dengan suasana yang berbeda. Protokol kesehatan masih harus dilakukan secara ketat, begitupun saudara kita yang sedang mengerjakan ibadah haji dan umrah di tanah suci, dengan tujuan agar kita semua ummat muslim terlindungi dan terjaga kesehatannya.

Syekh Izzudin Abdussalam berkata:

من سعادتي لزومي لبيتي، وتفرغي لعبادة ربي، والسعيد من لزم بيته، وبكى على خطيئته، واشتغل بطاعة الله

Artinya: Termasuk keberuntunganku adalah dapat berdiam diri di dalam rumahku, dan meluangkan waktu untuk beribadah kepada Tuhan-ku. Orang yang beruntung ialah orang lebih banyak berdiam di dalam rumah, ia menangis karena menyesali dosanya, dan ia menyibukkan diri untuk taat beribadah kepada Allah SWT.

Dari kutipan diatas, kita dapat memetik pesan positif , dimana kita perlu menyadari bahwasannya moment pandemi seperti ini adalah kesempatan kita untuk meluangkan waktu beribadah kepada Tuhan, yang mungkin selama ini kita terlalu sibuk dengan urusan duniawi. Begitupun dengan moment Idul Adha saat ini yang mengajarkan kita tentang arti penting sebuah pengorbanan dengan cara mengeluarkan apa yang terbaik dari milik kita untuk disedekahkan. Rasa empati dengan membantu sesama menggambarkan mulianya seseorang yang mau berkorban dengan mengulurkan apapun yang dimilikinya untuk orang lain , termasuk dengan menyembelih hewan-hewan kurban untuk dibagi-bagikan adalah bentuk ketaatan kita menjalankan perintah Allah SWT. Maka dari itu, esensi dari pengorbanan itu sendiri sama halnya dengan membuang jauh tabiat-tabiat buruk, keserakahan, sikap egois, tinggi hati dan lain sebagainya. Seseorang yang mampu melakukan itu maka dirinya menjadi pribadi mulia sebagaimana ciri-ciri orang bertakwa.

Mudah-mudahan dikondisi seperti ini menjadikan kita seorang yang bijaksana, minimal kita tidak egois dengan mementingkan hasrat pribadi. Semoga kita selalu diberikan keselamatan , kesehatan dan umur panjang oleh Allah SWT sehingga kita masih punya waktu untuk segera bertaubat, menyadari segala kesalahan dan dosa-dosa kita. Aamiin Yaa Rabbal Alamin….

(Penulis, Shulbi Muthi Sabila SP,M.I.Kom)

Zalsabila Putri Fildzah

SOLUSI ATAU BUKAN? : BERDIAM DIRI DI RUMAH SAJA

31 Desember 2019, pada saat itu dunia digegerkan dengan munculnya kasus penyebaran Wabah Virus Covid-19 yang dikabarkan bermula dari kota Wuhan Cina. Virus Covid-19 adalah virus yang disebabkan oleh jenis coronavirus baru yaitu Sars-CoV-2.  Dilansir melalui m.liputan6.com menurut laporan Science Alert, pihak WHO sebelumnya menyebut Virus tersebut sebagai penyakit pernapasan akut 2019-nCov. Lalu pihak WHO sepakat mengganti namanya sebagai Virus Covid-19 yang di mana pernamaan tersebut berasal dari Corona Virus Disease. Di mana penyebaran virus ini diduga berasal dari hewan kelelawar atau trenggiling yang terkontak langsung oleh manusia.

Selang beberapa waktu kemudian, laju pertumbuhan virus ini mulai bergerak dengan pesat. Hingga sampai pada tanggal 9 Juni 2020, virus ini akhirnya hinggap juga di Indonesia dan memberikan banyak dampak bagi seluruh masyarakatnya. Semua mengalami perubahan, baik kegiatan aktivitas fisik sehari-hari, kegiatan berinteraksi sosial, hingga sampai ke sektor pendidikan dan perekonomian pun turut andil dalam persoalan tersebut. Maka tak jarang dari mereka yang mengeluh dalam menerima keadaan baru ini, dan konon katanya sangat merugikan mereka.

Berawal dari satu jiwa yang terpapar virus Covid—19, lalu akhirnya bertambah menjadi dua jiwa hingga mulai bermunculan jiwa-jiwa lainnya yang terpapar virus ini. Lonjakkan kasus angka orang yang tertular Virus Covid-19 ini mulai melebihi garis normal. Bahkan tak hanya itu, kenaikkan angka kematianpun turut ikut berpartisipasi setiap harinya. Karena situasi saat itu mulai mencekam, akhirnya seluruh negara yang ada di dunia ini memberlakukan sistem pencegahan virus Covid-19 dengan melakukan sistem Lockdown.

Di mana, aktivitas yang biasanya kita bisa lakukan di luar rumah seperti misalnya, bekerja, belajar, berbelanja, berolah raga dan lain sebagainya. Kini kegiatan tersebut terpaksa harus dibatasi dan bahkan dialihfungsikan dengan melakukan semuanya itu cukup di rumah saja. Tak hanya semua kegiatan di luar baik waktu maupun kapasitas kunjungannya yang wajib dibatasi, melainkan mereka juga wajib menerapkan Protokol Kesehatan atau dapat kita singkat Prokes yang sudah diatur oleh pemerintahan. Dengan minimal memakai masker saat keluar rumah dan melakukan Physical Distancing saat berada disuatu tempat. Hal ini diberlakukan agar dapat meminimalisir resiko penularan Virus Covid-19 ini yang terbilang sangatlah cepat.

Namun hal ini mengandung banyak pro dan kontra bagi dikalangan masyarakat. Pasalnya banyak dari mereka yang mengalami kesulitan. Seperti di bidang sektor ekonomi, banyak dari mereka yang mengeluh soal penurunan dari pemasukkan pendapatan mereka karena waktu dan kapasitasnya dibatasi. Lalu adapun di bidang pendidikan, banyak dari mereka yang mengeluh ketika dalam melakukan kegiatan belajar mengajar. Di mana banyak para siswa yang kesulitan dalam mencerna materi pendidikan dari guru pengajarnya yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti, kurang memadainya fasilitas berupa alat media pembelajaran, kesulitan dalam mengakses pelajaran akibat gangguan sinyal atau kuota yang terbatas, juga tak jarang masih ada juga orang tua atau anak yang tidak mengerti bagaimana cara mengoprasikan medianya.

Tidak hanya dikedua bidang itu saja, adapun dibidang kesehatan yang memang jika dilihat dari kacamata sisi positifnya, himbauan dirumah saja memang terbilang efektif untuk mencegah penularan Virus Covid-19 ini. Namun ternyata di sisi lain, hal ini juga dapat menyebabkan dampak negatif bagi kesehatan kita. Dikutip dari CNN, bahwa terlalu berlama-lama berdiam diri dirumah ternyata mampu mempengaruhi kondisi fisik kesehatan kita seperti, kehilangannya kekuatan otot akibat mengurangnya aktivitas fisik yang pada akhirnya menimbulkan rasa malas untuk bergerak. Ahli Fisiologi Keith Bear mengatakan, “butuh waktu berbulan-bulan untuk membangun kekuatan otot, tetapi hanya membutuhkan waktu satu minggu untuk menghilangkan kekuatan otot”. (sumber: health.detik.com)

Lalu kondisi Jantung,paru-paru, serta metabolisme tubuh yang melemah. Hal ini diakibatkan kurangnya melakukan aktivitas fisik, serta kurangnya asupan paparan sinar matahari juga yang dapat mempengaruhinya. Akibatnya malah banyak dari kita yang jadi gampang sakit. Karena yang biasanya fisik kita diporsir untuk melakukan banyak kegiatan, tiba-tiba dikendurkan aktivitasya.

Kemudian perubahan bentuk tubuh akibat kurangnya aktivitas fisik. Seperti mengalami kegemukkan karena tidak bisa mengontrol jumlah asupan makanan yang kita konsumsi. Atau disebabkan karena tidak banyak melakukan aktivitas fisik, sedangkan otak dipaksa bekerja secara intens. Terakhir ada juga perubahan pola tidur dan meningkatnya kasus depresi akibat perubahan rutinitas sehari-hari akibat pandemik Covid-19 ini.

 Untuk itu, dibutuhkan pertimbangan yang cukup matang dalam menghadapi situasi saat ini. Jika kita memfokuskan satu permasalahan saja, itu tidak cukup dalam memerangi semua masalahnya. Yang ada malah akan menimbulkan efek permasalahan yang baru. Virus Covid-19 memang sangat berbahaya bagi kita. Namun, permasalahan diluar itu juga wajib kita atasi. Lalu bagaimana caranya kita dapat menghalau permasalahan yang sedang terjadi saat ini? Apakah menjadi sebuah solusi, jika kita hanya menerapkan sistem berkegiatan cukup di rumah saja, namun diluar itu segala macam masalah justru bertaburan di mana-mana?.

Seperti yang sudah kita bahas sebelumnya. Dalam mengatasi lonjakkan kasus penyebaran Virus Covid-19 ini, dibutuhkan kerjasama yang tepat baik pemerintah maupun masyarakatnya. Terlebih dahulu dilihat dari kerjasama antar masyarakatnya yaitu dengan menerapkan pola hidup yang sehat seperti berolah raga, berjemur, mengedepankan protokol kesehatan dimanapun dan kapanpun ia berada. Juga usahakan melakukan kegiatan yang positif seperti mengistirahatkan kinerja otak, serta jika ada kegiatan yang mengharuskan ia keluar rumah, pastikan kegiatan tersebut hanya kegiatan yang dianggap penting seperti bekerja, berbelanja, berolah raga dengan mengedepankan protokol kesehatan.

Lalu kerjasama antar anggota pemerintahannya dapat dilakukan dengan memberikan sosialisasi terkait masalah ini kepada masyarakat dengan menghimbau selalu terkait kewajiban menerapkan protokol kesehatan. Kemudian, membiarkan mereka yang berwirausaha untuk melakukan kegiatan perekonomiannya namun dalam catatan lebih membatasi kapasitas pengunjungnya dibandingkan waktunya. Kecuali dalam dunia pariwisata, di mana seharusnya ini yang harus dibatasi baik kapasitas maupun waktu oprasionalnya. Adapun hal yang paling utama dalam mengatasi akar permasalahan ini, yaitu dengan memberikan jaminan pelayanan fasilitas yang mendasar bagi mereka khususnya masyarakat yang tinggal dibawah garis kemiskinan.

Dengan terpenuhnya kebutuhan dasar mereka seperti, pendidikan, kesehatan, dan bahan pangan, maka semua permasalahan yang diluar masalah adanya pandemik ini juga mampu teratasi hingga akarnya. Sehingga, masyarakatpun tidak akan keberatan jika penerapan kebijakan dirumah saja harus ditaati. Karena adanya kerjasama ini, kasus pandemik Covid-19 serta permasalahan sosial lain pun akan segera teratasi dengan kurung waktu yang cepat dan efisien.

(Penulis, Zalsabila Putri Fildzah)

KONTRIBUSI DOSEN FISIPOL UWM DALAM WEBINAR PENULISAN BUKU “Membangun Spirit Menulis Sedari Muda”

Kamis, 15 Juli 2021 telah dilaksanakan sebuah Webinar Penulisan Buku melalui platform zoom meeting oleh Lembaga Penelitian & Pengabdian Masyarakat Universitas Widya Mataram (LPPM UWM) yang berkolaborasi dengan Penerbit Deepublish. Acara webinar tersebut  terbuka untuk umum dan dihadiri sebanyak kurang lebih 800 peserta dari berbagai penjuru daerah. Ada dua narasumber yang hadir diantaranya Shulbi Muthi Sabila SP, S.I.Kom, M.I.Kom selaku Dosen Tetap Prodi Ilmu Komunikasi FISIPOL UWM yang juga merupakan seorang penulis muda yang aktif menulis dalam kurun waktu 3 tahun terakhir ini, serta Prasida Pambudi, A.Md selaku pimpinan Penerbit Deepublish.

Kegiatan webinar dibuka pada pukul 13.00 WIB yang dipimpin langsung oleh Moderator Matheus Gratiano Mali, S.Sos., MPA, yang juga menjabat sebagai Kaprodi  Administrasi Publik FISIPOL UWM. Selain itu, dalam kata sambutan yang disampaikan oleh ketua penyelenggara yaitu Dr. Oktiva Anggraini.,M.Si memaparkan bahwasannya webinar penulisan buku ini kiranya dapat membangkitkan semangat bagi para seluruh akademisi maupun non akademisi untuk berani memulai berkarya, salah satunya menulis buku.

Dalam kesempatan yang istimewa itupun, Shulbi Muthi Sabila SP, S.I.Kom, M.I.Kom sebagai salah satu dosen muda yang cukup produktif ini mengangkat judul “Saat Menulis Terasa Sulit”. Di mana beliau menceritakan beberapa pengalamannya serta kiat dan langkah mudah dalam menulis buku.  “Menulis buku adalah sebuah komitmen yang kuat dimana sesuatu yang sudah dimulai harus diselesaikan dengan baik dan menulis adalah sesuatu yang bukan berdasarkan bakat namun niatlah yang menciptakannya”.

 Di akhir pemaparannya, Shulbi memberikan pesan singkat kepada para peserta untuk juga tetap produktif di masa pandemi dengan menciptakan karya dalam bentuk apapun yang nantinya dapat menjadi personal branding dan juga investasi di masa depan. Kemudian pada sesi kedua semakin lengkap pemaparan materi di kegiatan tersebut karena dilanjutkan oleh Prasida Pambudi, A.Md, selaku konsultan penerbit deepublish yang memberikan langkah-langkah teknis untuk bagaimana cara dan proses dalam menerbitkan sebuah karya.

Terlihat antusias para peserta yang ikut dengan memberikan banyak pertanyaan kepada para narasumber. Kegiatan webinar ditutup dengan pemberian cindera mata dan pembacaan pemenang yang mendapatkan doorprize buku gratis dari penerbit deepublish. Kiranya acara tersebut sangat bermanfaat dalam menumbuhkan semangat serta inspirasi kepada para calon penulis. Salam Literasi

(Penulis : Tim Website FISIPOL UWM).