Mahasiswa Sosiologi UWM Menyiapkan Diri Sebagai Sosioprener

Sosioprener (sociopreneur) bisa menjadi mas a depan mahasiswa sosiologi karena bisnis ini memadukan pencapaian keuntungan finansial dan multiefek sosial bagi kesejahteraan orang banyak.

Antonius Satria Hadi, PhD menyatakan, kalangan mahasiswa yang menekuni ilmu sosial sangat relevan mendalami dan mempraktikkan bisnis yang memadukan orientasi keuntungan finansial dan efek sosial tersebut.

Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Widya Mataram (UWM) Yogyakarta itu menyatakan, kewirausahaan dalam era digital menekankan sudut pandang yang baru, yang didasarkan pada pola pikir positif (positive mental attitude).

Menurutnya, sosioprener bisa mulai dengan menggalakkan kemampuan untuk melahirkan sesuatu yg baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya

Kemudian memadukan sudut pandang yang baru dan kombinasi pemikiran baru (perspektif).Pemasaran produk misalnya, strategi pemasaran online perlu diprioritaskan, selain menerapkan pemasaran offline.

“Sosioprener bisa menghadirkan barang atau jasa yang sebelumnya sama sekali belum ada untuk dipergunakan,” kata dia.

Pijakan berpikir sosioprener bisa berangkat dari dua aspek yaitu bisnis dari hobi atau bisnis untuk memberi solusi.

Manager JazziePro Yogyakarta Alexander John Hartarto menceritakan pengalaman wirausaha. Awal merintis karir, Alex bekerja di beberapa perusahaan dan pindah-pindah kota.

Ketika mengalami jenuh dengan pekerjaannya, terdapat keinginan untuk bekerja secara mandiri. “Awalnya bingung, bagaimana mulai wirausaha, dari mana mulai, dan bagaimana modalnya.”

Pada saatnya menemukan jenis usahanya, memproduksi alat musik pukul berupa kajon, dan memasarkan produk alat musik pabrikan, Alex mengaku usahanya tidak otomatis mendatangkan untung, keuntungan diperoleh melalui proses manajemen yang sistematis.

“Kami mulai dengan branding produk sendiri di media sosial, mendapat respon dari konsumen, dan strategi ini dijalankan secara konsisten dan berlanjut.”

Pada perjalanannya bisnis alat musik berhasil, dipadukan dengan persewaan sound system. “Kalian sebagai mahasiswa bisa mulai mencari referensi usaha apa yang bisa dijalankan, kemudian apa yang dibutuhkan oleh orang lain. Ketika ketemu apa yang bisa dijadikan usaha, mulai saja jangan takut, dan jangan ragu.”

Pandangan tersebut disampaikan di depan mahasiswa Program Studi (Prodi) Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UWM pada acara Workshop Kewirausahaan dan Pemasaran Online Sebagai Profesi Masa Depan Lulusan Sosiologi, Kamis (16/5/2024). Para peserta mahasiswa peserta matakuliah kewirausahaan dan peminat lainnya dari Prodi Sosiologi. Pelaksana kegiatan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Sosiologi, dan pembicara Antonius Satria Hadi, PhD, Alexander John Hartarto, dan Dekan Fisipol UWM Dr. Martadani Noor, MA.

Ketua Prodi Sosiologi Fisipol UWM Dr. Mukhijab, MA menyatakan, workshop kewirausahaan bagi mahasiswa sosiologi ini bagian dari usaha Prodi Sosiologi Fisipol UWM membekali ketrampilan lunak (soft skill) bagi mahasiswa. Dengan usaha demikian, para lulusan sosiologi bisa leluasa untuk merintis karir usai mereka lulus kuliah.

Mereka bisa menyiapkan karir wirausaha sosial atau sosialprener misalnya, yang berkaitan erat dengan matakuliah sosiologi.

Dari workshop tersebut, para mahasiswa mendapat tugas untuk membuat prototip usaha yang ingin mereka rintias. ***

Administrasi Publik Boyong Tiga Piala

Perwakilan Prodi Administrasi Publik (AP) Fisipol UWM berjaya dalam Mataram Futsal Rotation Vol.2. Dalam kompetisi yang diadakan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Hukum UWM ini, Prodi AP berhasil memborong tiga piala.

Prodi AP menurunkan dua tim dalam turnamen yang berlangsung di Lapangan Futsal Dolano, kawasan Patangpuluhan ini. Dua tim itu adalah Kawa Kawa FC dan Squad AP FC. Keluar sebagai juara dalam turnamen ini adalah Kawa Kawa FC. Dalam final, Kawa Kawa FC berhasil mengalahkan Papeda FC (Fakultas Hukum). Sementara itu, Squad AP FC berhasil membawa pulang piala setelah mengkandaskan The Prabu FC dalam perebutan juara tiga. Kemenangan perwakilan Prodi AP makin lengkap dengan piala top skor yang berhasil diraih Ilyas (Squad AP FC). Dalam turnamen itu, Ilyas menjadi pemain paling subur dalam mengoleksi gol.

Kapten Kawa Kawa FC, Adinul Yakin mengaku bangga dengan prestasi yang berhasil diraih. Mahasiswa angkatan 23 ini juga mengapresiasi panitia yang telah menyelenggarakan turnamen tersebut. “Turnamen ini mempererat sekaligus mengembangkan bakat mahasiswa UWM. Terimakasih pada Tim Kawa Kawa Administrasi Publik dan juga Fakultas Hukum yang telah menyelenggarakan kegiatan ini,” tandasnya.

Sementara itu, Kapten Squad AP FC, Alif mengatakan turnamen yang diadakan Fakultas Hukum ini berhasil menyatukan prodi-prodi yang ada di UWM. “Bangga berhasil meraih juara ketiga. Semoga turnamen tahun depan yang diadakan Fakultas Hukum lebih meriah lagi,” ucapnya.

Di tempat terpisah, Kaprodi Administrasi Publik, SL. Harjanta mengapresiasi atas pencapaian yang berhasil diraih para mahasiswa. “Prodi mengapresiasi prestasi yang telah diraih mahasiswa dalam lomba futsal. Saya mendorong agar para mahasiswa terus mengembangkan bakatnya. Apresiasi juga untuk BEM Fakultas Hukum dan panitia penyelenggara,” pungkasnya. (haj)

Pengamat Sebut Olahraga Setelah Kerja Jadi Ajang Pembuktian Diri

RADAR JOGJA – Ketua Program Studi (Kaprodi) Sosiologi Universitas Widya Mataram Jogjakarta Mukhijab menyebut, fenomena olahraga usai bekerja merupakan kebutuhan menyangkut tren. Hal ini menjadi ajang pembuktian diri, bahwa keikutsertaan seseorang dalam olahraga agar tidak ketinggalan tren.

“Konteksnya untuk menjaga image bahwa orang itu tidak ketinggalan ‘kereta’ dan dia ingin menunjukkan bahwa ada kesamaan selera,” kata Mukhijab kemarin (26/4).

Lulusan Program Doktor Sosiologi Universitas Gadjah Mada (UGM) itu melanjutkan, fenomena olahraga setelah pulang kerja sebenarnya sudah biasa. Baik di kota maupun desa.

“Komunitas olahraga juga bisa terbentuk karena mengikuti tren. Pada akhirnya terbangun relasi di zaman sekarang,” ujarnya.

Namun pengamat masalah sosial dan politik Universitas Widya Mataram ini menuturkan, fenomena olahraga setelah jam kerja ada plus minusnya. Sisi positifnya yakni aktif dalam komunitas jejaring sosial. “Memadai untuk kepentingan apapun seperti, bisnis, kerja, hingga pendidikan,” bebernya.

Dia mencontohkan antara atasan dan bawahan. Melalui olahraga bersama, akan ada kedekatan yang berdampak pada relsi kuasa. “Akan menjadi privilege,” lontarnya.

Hanya saja, akan muncul persoalan lain jika relasi kuasa antara atasan dan bawahan hubungannya tidak alami. “Akan teknikal, jadi tidak luwes,” sebutnya. (gun/eno)

https://radarjogja.jawapos.com/lifestyle/654582315/pengamat-sebut-olahraga-setelah-kerja-jadi-ajang-pembuktian-diri

Kasus Perkelahian Berujung Dua Orang MD di Klaten, Polisi Buru Manusia Silver

Sosiolog Fakultas Ilmu Sosiologi dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Widya Mataram (UWM), Dr. Mukhijab MA menjelaskan, ada sebuah filosofi yang dipopulerkan Thomas Hobbes yang cukup kontekstual dengan apa yang terjadi di Klaten itu.

“Manusia adalah serigala bagi serigala lain atau homo homini lupus. Untuk memenuhi hajat atau kepentingannya, siapapun bisa kalap mata,” ucap Mukhijab kepada Tribun Jogja, Kamis (9/5/2024).

Dia mengungkap, setiap manusia bisa menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang dia mau, termasuk melenyapkan nyawa atau saling membunuh satu sama lain.

Meski motif kasus di Klaten itu belum terkuak, menurut Mukhijab, kejadian brutal itu bisa saja terjadi karena kebutuhan perut.

“Kaum miskin, seperti pengamen, manusia silver, itu pasti menganggap uang Rp 100 sangat berharga karena bisa menyambung hidup esok hari,” jelasnya.

“Kenapa bisa kejam? Ya ketika sumber daya ekonomi sulit didapat, lalu ada sedikit saja uang pemberian, terus ada rival yang ingin merebut, maka itu jadi ancaman untuk kelanjutan hidupnya. Apapun caranya, harus ditempuh untuk mendapatkan apa yang dianggap haknya,” tutur dia lagi.


Menurut dia, pada tragedi tersebut, ada hukum jalanan yang berlaku. Siapa yang kuat di jalanan, dialah yang hidup.

“Negara sebagai raksasa atau leviathan, yang memiliki sumber daya ekonomi dan kuasa mendistribusikan dan mencegah rebutan atau hukum jalanan, seharusnya hadir di tengah kesulitan orang-orang mendapat akses ekonomi,” jelasnya lagi.

Meski demikian, kata Mukhijab, negara menonton kaum miskin jalanan untuk berebut, bahkan berebut sesuap nasi.

Biasanya, negara hadir setelah tragedi terjadi dengan sikap sosialnya, sumbangan duka cita dan sejenisnya.

“Bisa jadi gak cuma tentang kebutuhan perut saja, misalnya rebutan pacar atau gebetan, tersinggung karena dihina, dirundung, tapi aspek demikian, bisa dikendalikan, tidak terbatas pukul atau parang, atau alat lain, kalau perut mereka kenyang. Ketika kenyang, emosi bisa dikendalikan, ketika perut lapar, sulit untuk mengendalikan diri,” tukasnya. (Tribunjogja.com/Drm/Ard)



Artikel ini telah tayang di TribunJogja.com dengan judul Kasus Perkelahian Berujung Dua Orang MD di Klaten, Polisi Buru Manusia Silver, https://jogja.tribunnews.com/2024/05/10/kasus-perkelahian-berujung-dua-orang-md-di-klaten-polisi-buru-manusia-silver?page=3.
Penulis: Tribun Jogja | Editor: Iwan Al Khasni





Klub Futsal Sosiologi UWM Bersiap Kompetisi

Latihan rutin maupun latihan bersama futsal mahasiswa Program Studi (Prodi) Sosiologi dan Prodi lain di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik maupun fakultas lain di lingkungan Universitas Widya Mataram (UWM) terus digalakkan.

Latihan perdana di Lapangan Futsal Tifosi, Senin (27/4/2024) diikuti oleh 21 pemain dari Prodi Sosiologi. Latihan ini dikoordinasikan oleh Mardin dan Julian Andrio dibantu beberapa mahasiswa, dengan manajer Kaprodi Sosiologi Dr. Mukhijab, MA.

Latihan perdana itu mendapat respon dari klub-klub lain di UWM, yang mengajak Klub Futsal Sosiologi berlatih bersama (sparring partner). Latihan bersama antarklub terlaksana antara futsal Prodi Sosiologi dengan Futsal Mahasiswa Prodi Administrasi Publik, Futsal Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala). Sejumlah futsal mahasiswa prodi lain mengantre untuk berlatih bersama dan menunggu dijadwalkan.

Mardin sebagai koordinator merencanakan para mahasiswa Prodi Sosiologi bisa latihan rutin empat kali dalam satu bulan.

“Kita coba latihan rutin satu kali dalam seminggu. Apabila ini bisa berjalan rutin, Klub Futsal Sosiologi bisa eksis dan ikut kompetisi di luar kampus.”

Mukhijab, sebagai manajer, mendukung mahasiswa Prodi Sosiologi mengembangkan bakat dan minat di luar bidang akademik, seperti olah raga massal dalam bentuk futsal dan olah raga lainnya.

“Prodi Sosiologi sangat mendukung para mahasiswanya berinisiatif dalam bidang akademik dan non akademik untuk kemajuan mahasiswa.”

(Humas Fisipol)