SMK N 2 Yogyakarta Juara Debat Dies Fisipol UWM

Dalam rangka memperingati Dies Natalies ke-43, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Widya Mataram (UWM) menggelar lomba debat antar siswa SMA/SMK bertema “Jogja Istimewa.” Kegiatan ini diselenggarakan di Pendopo Agung Universitas Widya Mataram, Senin, 13 Oktober 2025, dan diikuti lima sekolah dari berbagai wilayah di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Lomba debat ini menjadi wadah bagi mahasiswa untuk menyalurkan kemampuan berpikir kritis, argumentatif, serta berkomunikasi secara efektif dalam menyampaikan pandangan terhadap isu-isu sosial, politik, dan kebijakan publik terkini.

Dekan FISIPOL UWM, Dr. As Martadani Noor, M.A maenyatakan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk menumbuhkan budaya diskusi ilmiah yang sehat dan mendorong mahasiswa agar lebih peka terhadap dinamika sosial di masyarakat. “Debat bukan sekadar adu argumen, tetapi proses pembelajaran untuk mendengarkan, menghormati perbedaan pendapat, dan menyampaikan gagasan dengan dasar yang kuat. Semangat itulah yang ingin kami bangun di momentum Dies Natalies ke-43 ini,” ujar Dr. As Martadani Noor, M.A.

Dr. AS Martadani Noor ,M.A, juga menyampaikan apresiasinya terhadap antusiasme peserta lomba. “Dies Natalies bukan hanya momen perayaan usia fakultas, tetapi juga refleksi atas kontribusi akademik dan sosial FISIP bagi masyarakat. Melalui kegiatan seperti debat, kami berharap lahir generasi intelektual muda yang berani berpikir kritis dan bertanggung jawab,” tuturnya.

Dalam lomba debat tersebut, tim-tim peserta beradu gagasan mengenai berbagai isu aktual, mulai dari kebijakan publik, demokrasi digital, hingga tantangan etika politik di era modern. Setelah melalui babak penyisihan dan final yang berlangsung ketat, SMK N 2 Yogyakarta berhasil meraih Juara 1, disusul SMA Santa Maria sebagai Juara ke 2 dan SMA Muhammadiyah 1 Prambanan sebagai Juara ke 3 .

Salah satu peserta lomba debat, Muhammad Nur Ghasani, siswa SMK N 2 Yogyakarta, mengaku senang dan tidak menyangka bisa memenangkan lomba debat mewakili sekolahannya.

“kesan acara hari ini seru banget dan nggak nyangka bakal jadi juara sedangkan kita latihan baru kemarin dan cuma 5 jam buat latihan,” ujar Nur Ghasani. Ia berharap, tahun depan akan lebih banyak peserta yang mengikuti lomba debat dalam rangkaian acara kegiatan Dies Natalies Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Widya Mataram, pungkasnya.

Penyelenggaraan Lomba Debat Ilmu Sosial untuk siswa SMA/SMK bukan hanya sebatas kegiatan kompetisi semata, akan tetapi menjadi bagian dari upaya terkait penguatan pendidikan karakter dan peningkatan sumber daya manusia. Atas terselenggaranya lomba debat ini diharapkan mampu melahirkan generasi muda yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki jiwa kritis, peduli terhadap masyarakat serta siap berkontribusi dalam pembangunan bangsa.

Sosiologi Workshop Kewirausahaan GoFood: Strategi Bisnis dan Pemasaran Kuliner di Era Digital

Program Studi Sosiologi Universitas Widya Mataram (UWM) kembali menghadirkan ruang belajar inovatif melalui Workshop Kewirausahaan GoFood yang berlangsung pada Senin, 30 Juni 2025 di Gedung Rektorat Unviersitas Widya Mataram. Acara ini menjadi ajang berbagi pengetahuan dan pengalaman mengenai strategi bisnis kuliner digital bersama pelaku industri langsung.

Workshop dipandu oleh Dr. Mukhijab, M.A., Dosen Sosiologi UWM yang membuka acara dengan menggarisbawahi pentingnya keterampilan wirausaha berbasis digital, khususnya dalam menghadapi perubahan perilaku konsumen pascapandemi.

Sesi pertama disampaikan oleh Dr. Bhenu Artha, S.E., M.M., Dosen Kewirausahaan UWM, yang menyoroti peningkatan penjualan makanan daring sebesar 12% dalam setahun terakhir. Ia memaparkan pentingnya strategi akuisisi konsumen yang meliputi promosi awal, pelayanan responsif, dan pendekatan digital seperti live demo di media sosial. “Strategi aktivasi konsumen bisa dilakukan melalui diskon pembelian pertama, pelayanan pelanggan yang cepat dan ramah, serta menghadirkan pengalaman nyata seperti live demo produk. Kunci retensi pelanggan ada pada testimoni positif dan konsistensi pelayanan” ujar Bhenu dalam pemaparannya. Namun, ia juga menyoroti tantangan dalam transformasi digital, seperti kompleksitas platform, persaingan pasar yang ketat, dan rendahnya penetrasi teknologi di wilayah tertentu.

Sesi kedua diisi oleh Ribut Fajariyanto, Mentor GoFood Nasional, yang membahas bagaimana GoFood tidak hanya mengubah sistem bisnis, tetapi juga perilaku sosial masyarakat dalam konsumsi makanan. Ia menjelaskan bahwa saat ini pengguna lebih memilih kemudahan melalui aplikasi dan metode pembayaran digital. “Di era digital, bukan untung yang dikejar di awal, melainkan eksistensi produk di benak konsumen. Mindset-nya harus diubah: bagaimana caranya produk dikenal dulu, baru keuntungan mengikuti” ujarnya. Ribut juga membagikan tips penting dalam menarik perhatian pelanggan di platform digital “Saat membuka toko baru, manfaatkan momen awal dengan diskon tinggi. Ini akan meningkatkan klik dan exposure, membangun jejak awal yang kuat di benak pelanggan.”

Dalam sesi tanya jawab, muncul pertanyaan menarik dari Aman, mahasiswa Sosiologi UWM yang telah memiliki lima usaha kuliner di wilayah terpencil, yang menyampaikan bahwa penggunaan platform digital masih rendah di daerah tersebut. Menanggapi hal ini, Bhenu menjelaskan bahwa beberapa wilayah memang masih menghadapi tantangan infrastruktur, seperti keterbatasan jalan, akses internet dan penggunaan teknologi. Ribut menambahkan biaya ongkir yang tinggi juga menjadi faktor penghambat. Jika tidak disiasati dengan strategi harga yang tepat, konsumen di daerah bisa enggan menggunakan platform digital.

Workshop ini menjadi ruang refleksi penting bagi mahasiswa dan pelaku usaha muda untuk melihat lebih luas tantangan dan peluang bisnis digital, khususnya di sektor kuliner. UWM berkomitmen terus mendukung mahasiswa dalam menghadapi ekosistem bisnis masa kini dengan pendekatan praktis dan aplikatif.

Stunting Tidak Lagi Identik Dengan Anak Keluarga Miskin

Anak potensi stunting selalu diidentifikasi dari kalangan keluaga miskin. Terdapat temuan yang mengarah sebaliknya di wilayah Kemantren Wirobrajan, sebagian kasus anak stunting dari keluarga mampu.

“Kami menemukan kasus anak yang terkena stunting di rumah dua lantai. Ini menandakan, anak stunting di wilayah Wirobrajan tidak selalu dari keluarga miskin, ada kasus anak stunting dari keluarga mampu,” kata Mantri Pamong Praja Kemantren Wirobrajan Sarwanto, SIP, MM.

Sarwanto menyampaikan pendapat tersebut pada saat peluncuran pemantauan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk Keluarga Resiko Stunting di Kemantren Wirobjaran Kota Yogyakarta. Pemantauan ini kerjasama antara Kemantren Wirobrajan dan Universitas Widya Mataram (UWM) yang terdiri dari Program Studi Sosiologi dan Ilmu Komunikasi (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/Fisipol), Program Studi Manajemen (Fakultas Ekonomi), dan Program Studi Teknologi Pangan (Fakultas Sain dan Teknologi). Pemantauan PMT melibatkan mahasiswa dari empat program studi tersebut sebagai kegiatan pengabdian masyarakat dan magang.

Aksi ini ditandai dengan penandatanganan kerjasama antara Mantri Pamong Praja Kemantren Wirobrajan Sarwanto, SIP, MM dan Kaprodi Sosiologi (Dr. Mukhijab, MA), Kaprodi Ilmu Komunikasi (Nur Amala Saputra, S.I.Kom, MA), Kaprodi Manajemen (Kristiana Sri Utami, S.E., M.M), Kaprodi Teknologi Pangan (Dyah Titin Laswati, S.TP., M.P). Penandatanganan kerjasama disaksikan Dekan Fisipol Dr. As Martadani Noor, MA, Senin (5/8/2025)

Kemantren Wirobrajan yang terdiri tiga kaponewon/kelurahan, terdapat 9,67 persen anak potensi stunting. Mukhijab sebagai koordinator pengabdian masyarakat dan magang mahasiswa menjelaskan, tugas para mahasiswa melakukan wawacarana dengan orangtua atau keluarga anak potensi stunting yang menerima PMT.

Tugas itu akan dilakukan selama dua bulan, dengan opsi perpanjangan satu bulan. Para mahasiswa wawancari dengn penerima PMT tentang proses penerimaan bantuan dan konsumsinya bagi anak potensi stunting.

“Wawancara ini untuk mengetahui data lebih detail tentang kondisi keluarga penerima PMT atau keluarga yang terdapat anak potensi stunting dan bagaimana mereka menyajikan bantuan, apakah bantuan diterima sepenuhnya dan digunakan untuk anak potensi stunting.

Sosiologi Kerjasama Segoro bening Wirobrajan

Dalam melakukan PMT, Kementren Wirobrajan menggunakan Program Segoro Bening yang membawa misi semangat gotong royong bebas stunting, jumlah stunting menurun hingga di bawah satu digit persentasenya.

Menurut Sarwanto, pelajaran penting dalam program penangani potensi stunting berkaitan latar belakang anak potensi stunting. Selama ini data menunjukkan, anak potensi stunting selalu dikaitkan keluarga miskin.

“Kita menemukan anak potensi stunting dari keluarga mampu. Anak itu berada di rumah megah. Dua orangtua anak itu bekerja, anak diurus saudara atau orang lain. Akibatnya asupan dan ritme makan anak tidak dikontrol dengan baik oleh orangtuanya. Anaknya menanggung akibatnya.”

Kepala Jawatan Sosial Kemantren Wirobrajan Agung Nugroho S.Sos menyatakan, kasus anak potensi stunting di wilayah Wirobrajan sangat dinamis. Pada akhir Desember 2024 sampai April 2025 terjadi penurunan signifikan jumlah anak potensi stunting.

“Kami menemukan ada kenaikan jumlah anak potensi stunting mencapai 285 kasus pada Mei 2025. Ini menunjukkan ada situasi yang dinamis pada kondisi keluarga, apa penyebabnya, ini yang menjadi perhatian.”

Menurutnya Program Segoro Bening terus dijalankan, dengan strategi setiap keluarga yang terdapat anak potensi stunting medapat makanan tambahan terutama lauk seperti ikan, telur dan lainnya. Target Kemantren Wirobrajan tercapai zero stunting atau persentase anak potensi kurang gizi itu di bawah 5 persen pada akhir 2025.

Program Segoro Bening pernah menjuarai lomba strategi bebas stunting di kota Yogyakarta, akan maju dalam lomba tingkat nasional even inovasi pelayanan publik. Ini menunjukkan, Segoro Bening sebagai program berkualitas yang mendapat pengakuan masyarakat, yang dijadikan rujukan oleh berbagai stokeholder pemerintahan dari luar Yogyakarta, sebagai model untuk penanangan anak potensi stunting.

Dekan Fisipol UWM Dr. As Martadani Noor, MA menyampaikan apresiasi atas kesediaan Kemantren Wirobrajan bekerjasama dengan Universitas Widya Mataram dalam pengabdian Masyarakat dan magang pemantauan PMT untuk Keluarga Resiko Stunting di Kemantren Wirobjaran Kota Yogyakarta.

Menurutnya, penanganan anak potensi stunting harus berkelanjutan, tidak bisa instan. PMT harus berlangsung dalam periode tertentu, agar asupan gizi anak potensi stunting bisa berkelanjutan dan teratur.

“Masalah stunting ini juga persoalan kemanusiaan sehingga pemberian makanan tambahan kepada anak potensi stunting oleh Kemantren Wirobrajan sebagai langkah strategis, mulia, dan menunjukkan negara hadir dan menangani problem stunting.” ***

Lulus Kuliah Jadilah Sarjana Solutif Bukan Pembuat Masalah

Fakultas Ilmu Sosial dan llmu Politik Universitas Widya Mataram (Fisipol UWM) Yogyakarta meluluskan 60 sarjana baru.

Lulusan semester genap tahun akademik 2024-2025 tersebut, terdiri dari 28 lulusan Program Studi (Prodi) Administrasi Publik, sebagai Lulusan terbaik Nugroho Dwisatria Semesta (Prodi Administrasi Publik) dengan meraih indeks prestasi kumulatf (IPK) 3,92, 17 lulusan Prodi Sosiologi, yang lulus terbaik Eni Nur Chayati (Prodi Sosiologi) IPK  3,63, dan 15 lulusan Prodi Ilmu Komunikasi, dengan lulusan terbaik Septia Niken Larasati (Prodi Ilmu Komunikasi) IPK 3,75. Ketiganya menempuh kuliah selama 3 tahun 11 bulan.

Dekan Fisipol UWM Dr. As Martadani Noor, MA menyatakan, sarjana ideal sesuai harapan masyarakat, mereka memainkan peran yang positif, dengan menjadikan dirinya sebagai sarjana yang solutif terhadap persoalan warga, bukan sebaliknya menjadi sarjana yang menjadi pembuat problem baru di tengah masyarakat.

“Mahasiswa yang lulus kuluah hendaknya hadir ke tengah masyarakat, menjalankan profesi sesuai kapasitas. Masyarakat mengharap kehadiran lulusan baru dari perguruan tinggi yang berorientasi pada problem solver (menguraikan dan menyelesaikan masalah) bukan sebaliknya trouble maker (pembuat masalah),” kata Martadani dalam pelepasan calon wisudawan di Yogyakarta (26/8/2025).

Bekal menjadi sarjana yang menyelesaikan masalah telah diperoleh ilmunya selama kuliah beberapa semester.

“Kapasitas menjadi sarjana yang menjadi problem solver telah diperoleh selama kuliah. Ketika lulusan perguruan tinggi bisa responsive, cepat, dan tepat menyelesaikan masalah, masyarakat akan memberikan kepercayaan.”

(Humasfisipoluwm)

Sosiologi dan AP Fisipol UWM Luluskan Sarjana Tercepat

Lulus cepat menjadi dambaan setiap mahasiswa di setiap perguruan tinggi. Alasaannya beragam, dari soal cepat bekerja, cepat melajutkan jenjang Pendidikan di atasnya, tuntutan orangtua, predikat lulus terbaik, dan berbagai alasan lainnya.

Mahasiswa Sosiologi Wita Noviati Gea masuk kategori lulus cepat, dengan masa kuliah 3 tahun 6 bulan. Pencapain Indeks Prestasi Kumulatif/IPK 3,52 dengan masa studi 3 tahun 6 bulan.

“Saya ingin cepat lulus. Orangtua maunya cepat lulus agar saya bisa segera bekerja, meringankan beban orangtua karena saya memiliki adik yang kuliah,” kata Wita.

Dia tampak menikmati lulus cepat, tampak dari ekspresi wajahnya yang ceria saat mengikuti Yudisium dan Pelepasan Lulusan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Widya Mataram (UWM) Yogyakarta Semester Ganjil Tahun Akademik 2024/2025.

Wita ditemani tiga teman satu Program Studi (Prodi) Sosiologi yang juga lulus pada waktu yang sama. Mereka tidak masuk kategori lulus cepat seperti Wita. Namun mereka sangat terkesan dengan pencapaiannya. Cuti Wea, misalnya, dia mengaku terpesona dengan pencapainnya menjadi calon wisudawan. “Saya inginnya melanjutkan kuliah S2,” kata lelaki dari Papua. Dua lulusan lainnya teman Wita, Sunarsih, dan

Bela Novia Astuti, mahasiswa Program Studi Administrasi Publik, mengikuti jejak yang sama dengan Wita Noviati Gea. Dia memperoleh IPK 3,96, masa studi 3 tahun 6 bulan. Bela ditemani teman satu prodi sebanyak 10 mahasiswa.

“Hari ini sangat indah, dan membahagiakan. Ini sangat sulit diekspresikan. Di balik kelulusan ini terdapat jerih payah orangtua yang mendukung total setiap mahasiswa yang kuliah. Hari ini kita telah selesai menempuh kuliah dan dilepas untuk menghadapi dunia yang mungkin tidak mudah bagi kita setelah selesai dari sini,” kata Bela.

“Bela Novia Astuti merupakan lulusan terbaik angkatan yudisium semester ganjil 2024-2025,” kata Ketua Program Studi Administrasi Publik  SL. Harjanta, S.IP, M.Si.

Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi yang lulus terbaik, Ayu Dewi Lestari.Dia meraih IPK 3,65 dengan masa studi 4 tahun 6 bulan. Teman satu prodi yang ikut lulus sebanyak 7 mahasiswa.

Yudisium dan Pelepasan Calon Wisudawan-Wisudawati diselenggarakan di Hotel Pandanaran, Kota Yogyakarta, pada Selasa (25/02), dihadiri oleh Wakil Dekan I dan Wakil Dekan II Fisipol, Dekan Fakultas Ekonomi serta Dekan Fakultas Sains dan Teknologi, perwakilan Alumni Fisipol, para Ketua Program Studi di lingkungan Fisipol, jajaran dosen, tenaga kependidikan, serta para calon wisudawan.

Wakil Dekan II Dyaloka Puspita Ningrum, S.I.Kom., M.I.Kom., yang membacakan Surat Putusan

Dekan Fisipol Nomor 08/SK-D/YUD/FSP-UWM/II/2025, menyatakan, fakultas ini meluluskan

23 mahasiswa pada Semester Ganjil Tahun Akademik 2024/2025. Perwakilan alumni dari Program Studi Administrasi Publik  Saryadi, S.IP., M.Si., menyampaikan ucapan selamat kepada para mahasiswa yang lulus.

Wakil Dekan I, Dwi Astuti, S.Sos., M.Si., berharap para lulusan dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan dan memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat. “tidak semua anak memiliki kesempatan untuk berkuliah, dan tidak semua yang berkuliah memiliki kesempatan untuk lulus”. Yudisium tidak dihadiri Dekan Dr. As Martadani Noor, M.A. karena sedang sakit.

HumasFisipolUWM


Mahasiswa Sosiologi UWM Belajar Budaya Politik Pangan

Mahasiswa Program Studi Sosiologi Universitas Widya Mataram Yogyakarta yang mengambil mata kuliah Budaya Politik Pangan mengadakan kunjungan kuliah lapangan di Desa Wisata Brayut, Sleman, pada Jumat, 6 Desember 2024. Kegiatan ini didampingi  Puji Qomariyah, dosen pengampu mata kuliah tersebut, dan bertujuan untuk mengimplementasikan teori yang telah dipelajari di kelas melalui pengalaman langsung di lapangan.

Desa Wisata Brayut, berlokasi di Kecamatan Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, merupakan salah satu contoh keberhasilan pengembangan potensi desa melalui konsep pariwisata berbasis masyarakat. Desa ini dikelola oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, yang telah mengembangkan berbagai inisiatif untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial masyarakat.

Sejarah Desa Wisata Brayut bermula dari upaya masyarakat setempat untuk mengoptimalkan sumber daya lokal dan memberdayakan potensi wilayah. Melalui pendekatan partisipatif, warga berhasil mengubah tantangan menjadi peluang dengan mengembangkan konsep desa wisata yang memadukan potensi pertanian, budaya, dan pariwisata. Desa ini resmi menjadi desa wisata pada awal tahun 2000-an, dengan fokus utama pada pelestarian nilai-nilai tradisional dan pemanfaatan potensi agraris. Brayut telah berhasil menciptakan pengalaman wisata berbasis edukasi, seperti belajar menanam padi, memanen hasil bumi, hingga praktik kuliner tradisional.

Dalam sambutannya, Puji Qomariyah menyatakan bahwa kegiatan ini merupakan upaya mempertemukan teori budaya politik pangan yang dipelajari di kelas dengan praktik nyata di masyarakat. “Budaya politik pangan adalah refleksi dari bagaimana masyarakat memahami, memproduksi, dan mendistribusikan pangan sebagai bagian dari identitas, kebijakan, dan keberlanjutan. Melalui kuliah lapangan ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami dinamika pemberdayaan masyarakat sekaligus mengaitkannya dengan kebijakan pemerintah, seperti program makan siang bergizi gratis yang diinisiasi oleh Presiden Prabowo,” ujar Puji.

Program makan siang bergizi gratis, lanjutnya, merupakan langkah strategis pemerintah untuk menjamin kesejahteraan pangan, sekaligus memberdayakan masyarakat pedesaan sebagai penyedia bahan pangan lokal. Desa Wisata Brayut merupakan salah satu contoh bagaimana masyarakat dapat mengelola potensi lokalnya secara berkelanjutan. “Konsep one village one product yang diterapkan di Brayut adalah cerminan nyata pemberdayaan berbasis lokalitas, di mana produk unggulan desa seperti beras organik dan hasil olahan tradisional menjadi aset utama yang mendukung pariwisata sekaligus meningkatkan kemandirian ekonomi,” tambahnya.

Mahasiswa yang hadir dalam kegiatan ini diajak berinteraksi langsung dengan masyarakat Desa Brayut untuk memahami proses pemberdayaan, mulai dari pengelolaan lahan pertanian, cara mengolah makanan tradisional, menyajikan hingga makan ala desa sebagai bentuk kegiatan wisata edukasi. Mereka juga diajak berdialog dengan pengelola desa wisata untuk memahami tantangan dan peluang dalam mengembangkan desa berbasis agraris.

Kegiatan kuliah lapangan ini diharapkan dapat memberikan inspirasi kepada mahasiswa untuk tidak hanya memahami teori, tetapi juga berkontribusi pada pengembangan kebijakan berbasis masyarakat yang berkelanjutan. Desa Wisata Brayut menjadi contoh bagaimana pemberdayaan masyarakat berbasis agraris dapat mendukung kedaulatan pangan sekaligus mempromosikan nilai-nilai tradisional kepada generasi muda dan masyarakat luas.

@Humas FisipolUWM

SHINE FOR YOUTH: Anak Muda Membangun PerdamaiaYogyakarta, 16-17 November 2024

PERCA Resource Center for Women and Girls bekerja sama dengan Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Widya Mataram – Yogyakarta mengadakan program “SHINE FOR YOUTH: Anak Muda Membangun Perdamaian”. Acara ini bertempat di Kampus Terpadu Universitas Widya Mataram – Yogyakarta dan diikuti oleh 35 mahasiswa Universitas Widya Mataram – Yogyakarta.

PERCA Resource Center for Women and Girls adalah sebuah organisasi independent

yang bergerak dalam penguatan hak-hak perempuan dan remaja perempuan dengan cara memberdayakan perempuan dan remaja perempuan serta membangun sistem dukungan dan menciptakan ruang aman bagi perempuan dan remaja perempuan untuk mencegah kekerasan berbasis gender. PERCA adalah bagian dari gerakan perempuan. PERCA melihat ketidaksetaraan gender, kekerasan, dan diskriminasi terhadap perempuan terjadi di ranah global maupun lokal. PERCA mendorong perempuan dan remaja perempuan untuk menyuarakan hak-hak mereka, mendapatkan akses, kesempatan, dan kontrol atas keadilan gender, dan terlibat dalam proses pengambilan keputusan di dalam relasi intim, organisasi, maupun komunitas.

Program SHINE FOR YOUTH bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran peserta tentang keberagaman, toleransi, perdamaian, penghapusan kekerasan berbasis gender, dan anti-kekerasan di kalangan anak muda. Selain itu, program ini juga dimaksudkan untuk membuat anak muda menjadi pelopor perdamaian di lingkungan kampus dan komunitasnya masing-masing.

Latar  belakang  program  ini  berangkat  dari  sikap  dan  pandangan  intoleransi  dan

diskriminasi yang masih banyak berlangsung di lingkungan sosial kita. Keberagaman identitas baik wilayah, suku, agama, gender, ideologi, dan lain-lain kerap kali melahirkan perpecahan, konflik, hingga  kekerasan.  Padahal,  keberagaman  yang  ada  justru  perlu  disikapi  sebagai kearifan dan kekayaan budaya. Dalam konteks ini, anak muda yang sedang mencari jati dirinya akan menentukan sikap dan pandangan toleransi serta keberagaman. Proses di masa dewasa muda ini merupakan proses yang cukup menentukan dalam perjalanan hidup seseorang dan pembentukan keyakinan serta nilai hidup seseorang. Di dalam hal keberagaman, masa dewasa muda ini akan menentukan apakah seseorang akan menjadi orang dengan toleransi tinggi, menghargai keberagaman, memiliki pandangan adil gender, serta mencintai perdamaian, ataukah akan menjadi kelompok radikal atau ekstrimisme yang hanya memikirkan kepentingan kelompoknya dan tidak menghargai, bahkan dalam taraf ekstrim, melakukan kekerasan terhadap kelompok lainnya. Sehingga intervensi terhadap anak muda dipandang sebagai langkah yang strategis, karena selain mereka masih berada di masa pencarian yang cukup menentukan dalam hidupnya, juga karena ruang untuk bergerak mereka yang masih panjang dan luas.

Narasumber dan fasilitator program ini berasal dari PERCA Resource Center for Women and Girls serta dari dosen dan mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Widya Mataram – Yogyakarta. Program ini juga berkolaborasi dengan Indika Foundation, Peace Generation, dan PWC Indonesia. Program yang akan berlangsung selama 2 hari ini akan menggunakan berbagai macam metode yang menarik dan interaktif, seperti curah gagasan, diskusi reflektif, sharing pengalaman, nonton film pendek, game, bermain peran, diskusi kelompok, ceramah, pentas seni, dan lain-lain

HumasFisipolUwm

Aneh Dinamika Demokrasi di Indonesia

Dinamika demokrasi di Indonesia cenderung aneh karena indek demokrasinya naik tetapi kontrol korupsi, dan berbagai penyimpangan, menurun. Kemudian terjadi politisasi hukum untuk kepentingan segelintir orang. Ini menandakan terjadinya regresi demokrasi.

“Government index Indonesia, demokrasi kita hanya meningkat, anehnya yang lain, seperti  kontrol korupsi, dan penyimpangan lainnya menurun. Negara-negara lainnya, demokrasinya meningkat, government-nya meningkat. Apakah ini menunjukkan demokrasi kita hanya formalistik, procedural saja?,” kata Rektor Universitas Widya Mataram (UWM) Prof. Edy Suandi Hamid.

Pendapat tersebut disampaikan pada pembukaan seminar tentang “Budaya Partisatif Kampus Dalam Melawan Regredasi Demokrasi,” yang diselenggarakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) UWM.

Edy Suandi Hamid menyatakan, demokrasi prosedural bisa dilihat dari praktik-praktik destruksi politik. Para pemilih didaftar, dan para aktor maupun pengawas membiarkan pemilihan umum yang transaksional.

“Bagaimana orang orang memilih calon presiden, atau calon anggota parlemen, hak suaranya bisa ditukar dengan paket sembako.”

Kemudian terjadi juga demokrasi “dibunuh”oleh demokrasi itu sendiri. Terdapat segelintir orang ingin menjadi presiden atau kepala daerah, maka Mahkamah Konstitusi “diminta”untuk mengubah pasal-pasal dalam undang-undang yang terkait pemilihan umum.

“Itu namanya demokrasi membunuh demokrasi, dengan menyalahgunakan atau mengubah undang-undang. Bayangkan demokrasi dirusak untuk seorang ingin yang menjadi presiden, ingin menjadi kepala daerah.”

Kepada para mahasiswa Fisipol, Edy Suandi mengingatkan agar responsif dan aktif merespon dengan kondisi lingkungan dan perubahan sosial yang terjadi.

“Mahasiswa itu jangan belajar saja, silakan peduli pada lingkungan, apalagi persoalan berkaitan bangsa.”

Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada Dr. Sulhan menyatakan, regresi demokrasi yang tengah terjadi di Indonesia, penyebab utamanya disinformasi di media sosial.

Disinformasi yang paling dahsyat dilakukan melalui media sosial oleh para buzzer dan sebagian influenser. Pilihan media sosial didasari pertimbangan, penyebarannya masif dan tidak terkontrol. Karakter media sosial yang berbasis internet mampu menembus batas.

“Dalam media sosial tidak ada atau minimalis kontrol pemerintah oleh warga. Tidak ada kontrol atau bebas dalam ‘ruang’ kumpul, berserikat secara maya secara bebas. Karena lemah kontrol, maka regulasi apapun kehilangan esensi penegaknya,” kata dosen Ilmu Komunikasi UGM tersebut.

Dekan Fisipol UWM Dr. As Martadani menyatakan, Indonesia Tengah mengalami kemunduran dalam praktik-praktik demokrasi.

“Komitmen terhadap prinsip-prinsip demokrasi hilang seperti kebebasan, kesetaraan, dan akuntabilitas, sementara negara mengalami pergeseran ke arah otoritarianis.”

Indikasi lain terjadinya regresi demokrasi terjadinya penurunan kualitas institusi demokrasi dan penegakan hukum.

“Meningkatnya ketegangan dan konflik di masyarakat, partisipasi masyarakat menurun meskipun terjadi budaya dan politik populisme.”

Sementara Dosen Fisipol Universitas Hasanudin Haryanto, MA mengatakan, penurunan demokrasi harus disikapi oleh kalangan muda untuk peduli lingkungan dengan terlibat dalam praktik-praktik kearifan lokal yang bisa membangkitkan demokrasi seperti gotong royong dan kegiatan sosial yang melibatkan warga secara massal.

“Yang sangat penting mahasiswa perlu merebut ruang publik lewat aksi demonstrasi, pengerahan massa. Atau kita aktif melecut kesadaran masyarakat untuk peduli dengan persoalan sosial.”

HumasFisipolUwm

Mataram dan Trunojoyo Kerjasama Mengantar Mahasiswa Sukses

Mengantarkan mahasiswa sukses pada masa kuliah sampai pasca kuliah menjadi tugas sivitas akademi perguruan tinggi.

Sukses masa kuliah identik dengan tugas perguruan tinggi melayani dan mendorong mahasiswa mendalami ilmu-ilmu yang menjadi konsentrasi kuliah (hard skill) dan mendorong mahasiswa aktif untuk mengikuti kegiatan ekstra akademik dan non-akademik untuk menguasai ketrampilan lunak (soft skill).

Menyiapkan mahasiswa menguasai hard skill dan soft skill menjadi misi perguruan tinggi untuk mengantarkan para lulusannya sukses.

Misi tersebut menjadi tekad bersama antara Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Widya Mataram (Prodi Sosiologi Fisipol UWM) dan Prodi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya Universitas Trunojoyo Madura (Prodi Fisib UTM).

Tekad tersebut diformulasikan dalam penandatangananan kesepahaman kerjasama (Memorandum of Understanding/MoU) antara Dekan Fisipol UWM, Dr. As Martadani, MA, dan Dekan Fisib UTM, Dr. Dinara Maya Julijanti, S.Sos, M.Si.

Kemudian, dua pihak  menandatangani  pelaksanaan kerjasama (Memorandum Of Agreement/MoA) antara Ketua Prodi Sosiologi Fisipol UWM, Dr. Mukhijab, MA, dan Ketua Prodi Sosiologi Fisib UTM, Dr. Arie Wahyu Prananta, S.PI, M.Sos.

Kegiatan itu dilangsungkan di Ruang Serba Guna Prodi Sosiologi Fisib UTM di Jl. Raya Telang, Perumahan Telang Inda, Telang, Kec. Kamal, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, Jumat (30/8/2024), yang dihadiri para dosen Sosiologi UTM dan UWM.

Dekan Fisib UTM Dinara Maya Julijanti menyambut positif kesepahaman dan pelaksanaan kerjasama  Prodi Sosiologi UTM dan Prodi Sosiologi UWM.

Faktor Madura dan Yogyakarta, menurutnya, menjadi daya tarik dari aspek sejarah dan budaya. Aspek substansil tentang budaya matrilineal yang berlakudi di Madura, dan sebaliknya budaya patrilineal yang dominan di Yogyakarta.

Dalam budaya Madura, matrilineal menjadi budaya dominan dalam sistem keluarga, yaitu sistem kekerabatan yang menarik garis keturunan dari pihak ibu (perempuan). Setiap perwakilan, laki-laki harus mengikuti atau mengidung ke pihak istri. Mereka harus membangun rumah berjajar dalam keluarga inti di suatu kompleks.

Sebaliknya Yogyakarta lebih dominan pada sistem patrilineal yaitu sistem kekeluargaan yang menarik garis keturunan pihak laki-laki atau ayah. Meskipun dalam sistem keluarga tidak selalu perempuan  mengikuti laki-laki, tetapi laki-laki lebih dominan dalam sistem kekerabatan dan praktik-praktik kehidupan masyarakt seperti politik.

“Kita bisa riset bersama maupun kuliah gender sistem kekerabatan Madura dan Yogyakarta dengan perspektif yang multidisiplin,” kata Dinara Maya Julianti.

Martadani merespon positif ajakan mengembangkan kajian multidisiplin tersebut. Dari segi sumber daya dosen, lingkungan pendidikan dan budaya Yogyakarta, dan keterbukaan dalam berpikir di lingkungan Fisipol UWM, khususnya di Prodi Sosiologi UWM, praktik Tridharma Perguruan Tinggi di bidang pendidikan seperti pertukaran dosn, bidang penelitian seperti riset bersama dosen, dan pengabdian masyarakat bisa segera dilaksanakan dalam waktu dekat.

“Banyak kesamaan dari segi kurikulum di Prodi Sosiologi UWM dan Prodi Sosiologi UWM seperti kuliah kebudayaan, gender, dan mata kuliah lain, peluang melaksanakan kerjasama dua pihak sangat terbuka dalam waktu dekat,” kata Martadani yang didampingi dosen Prodi Sosiologi Dwi Astuti, M.Si.

Dalam diskusi usai penandatanganan, para dosen mengusulkan eksekusi kerjasama dalam bentuk kuliah dosen tamu maupun pertukaran dosen, penulisan bab buku, penulisan jurnal, dan sejumlah bentuk kerjasama lainnya.

“Kita sudah tanda tangan kerjsama, kita tidak perlu bertele-tele untuk pelaksanaannya. Dosen Sosisologi UTM dan UWM harus sut-set (trengginas) melaksakan kerjsama,’ kata Ketua Prodi Sosiologi UTM Arie Wahyu Prananta.

Terdapat sejumlah dosen Prodi Sosiologi UTM berasal dari Jawa Tengah, sangat berhasrat untuk segera melaksanakan Kerjasama. “Ada ibu dosen dari Magelang, ini sangat berhasrat dengan pertukaran dosen mengajar,” kata Arie Wahyu Prananta yang disambut tawa teman-temannya.

Kunjungan Ombusmen Jatim

Prodi Sosiologi UWM melengkapi kegiatan di Jawa Timur dengan kunjungan dan diskusi dengan Kepala Keasistenan Penerimaan Verifikasi dan Laporan (Dumas) Perwakilan Ombusmen Jawa Timur Muflihul Hadi.

Hadi menjelaskan dinamika pelayanan dan pelaksanaan tugas Perwakilan Ombusmen Jawa Timur didominasi persoalan sengketa tanah. Masalah tanah seksi karena sengketa melibatkan warga sipil dan non sipil maupun sengketa antarwarga sipil.

“Karakter warga di wilayah kerja Perwakilan Ombusmen Jawa Timur spontanitasnya tinggi. Mereka mengadu sengketa tanah atau masalah lain, yang hadir ke Ombusmen melibatkan orang yang bersengketa dan para pendukung. Mereka memilih hadir langsung di kantor dengan alasan agar Ombusmen segera bisa bekerja dan memutuskan,”kata Hadi.

Dalam kesempatan terpisah, Ketua Perwakilan Ombusmen Jawa Timur Agus Muttaqin, SH menyatakan pertemuan Prodi Sosiologi UWM dan kepala Dumas bisa saja ditindaklanjuti dengan kerjasama. Prosesnya, Prodi Sosiologi UWM harus melakukan MoU dengan Ombusmen Pusat. Apabila tahap itu selesai, Prodi Sosiologi UWM bisa kerjasama dengan semua Perwakilan Ombusmen.

HumasFisipolUWM

Lulusan Berkualitas Buka Peluang Besar Mencapai Sukses

Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Widya Mataram (Fisipol UWM) Yogyakarta melepas 41 calon wisudawan pada acara Yudisium dan Pelepasan Calon Wisudawan Semester Genap 2023-2024, Selasa (13/8/2024).

Para calon wisudawan berasal dari Program Studi (Prodi) Administrasi Publik (AP) sebanyak 18 orang, Prodi Sosiologi 17 orang, dan Prodi Ilmu Komunikasi (Ilkom) 7 orang.

Dekan Fisipol UWM Dr. As Martadani Noor, MA menyatakan, kualitas lulusan semester genap ini meningkat. Dilihat dari segi indek prestasi kumulatif (IPK), lulusan AP dengan IPK rata-rata 3.52, Sosiologi 3.20, dan Ilkom 3.53. Para lulusan terbaik dari AP Sri Hastuti dengan IPK 3.85, Prodi Sosiologi Mei Diana Putri (3.68), dan Prodi Ilkom Desmiati (3.76).

Dari segi lama studi pada mahasiswa penerima Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah rata-rata masa studi 3 tahun 11 bulan.

Martadani menyatakan, “Dibanding lulusan semester ganjil, jumlah mahasiswa yang lulus, IPK, dan masa kuliah, terjadi peningkatan signifikan semester ini.”

Fakta ini menjadi bukti kuliah di Fiipol UWM bisa berlangsung dalam waktu singkat. “Program studi Sosiologi yang dikenal lama lulusnya, kali ini bisa meluluskan mahasiswa dengan masa kuliah 3 tahun 11 bulan. Ini indikasi peningkatan kualitas yang signifikan. Tidak ada lagi istilah kuliah di Fisipol UWM lama lulusnya,” kata Martadani.

Dengan meningkatnya masa lulus dan IPK, menurutnya, peluang lulusan untuk bekerja maupun membuka lapangan kerja akan makin besar. Para pemangku kepentingan dalam bidang ketenagakerjaan bisa melihat bagaimana proses kuliah di Fisipol UWM dan masa kuliah serta IKP menjadi pertimbangan dalam seleksi tenaga kerja.

Sementara Rektor UWM Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, M.Ec menyatakan, idealnya para lulusan bisa berkiprah di masyarakat dan berkarir dengan sukses.

“Syarat para lulusan UWM lulus kuliah dan sukses, mereka harus menjaga integritas. Apa yang keluar dari mulut atau apa yang dikatakan harus sesuai dengan tindakannya. Itu menjadi track record di masyarakat.”

Kemudian para lulusan memiliki ketrampilan lunak tertentu, pencapaian tertentu selama kuliah. “Ijazah sama tetapi branding pribadi menentukan lulusan perguruan tinggi bisa lulus sekaligus sukses.”

Rektor berpesan kepada lulusan untuk menjaga penampilan. Ketika hadir dalam forum seperti yudisium dan pelepasan berpenampilan rapih dan necis, maka pada saatnya di masyarakat penampilan baik itu dipertahankan.

Acara pelepasan dan yudisium terseut dihadiri oleh seluruh calon wisudawan dan perwakilan alumni, Dr. Idham Ibty, dosen Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta***

HUMASFISIPOLUWM