Stunting Tidak Lagi Identik Dengan Anak Keluarga Miskin

Anak potensi stunting selalu diidentifikasi dari kalangan keluaga miskin. Terdapat temuan yang mengarah sebaliknya di wilayah Kemantren Wirobrajan, sebagian kasus anak stunting dari keluarga mampu.

“Kami menemukan kasus anak yang terkena stunting di rumah dua lantai. Ini menandakan, anak stunting di wilayah Wirobrajan tidak selalu dari keluarga miskin, ada kasus anak stunting dari keluarga mampu,” kata Mantri Pamong Praja Kemantren Wirobrajan Sarwanto, SIP, MM.

Sarwanto menyampaikan pendapat tersebut pada saat peluncuran pemantauan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk Keluarga Resiko Stunting di Kemantren Wirobjaran Kota Yogyakarta. Pemantauan ini kerjasama antara Kemantren Wirobrajan dan Universitas Widya Mataram (UWM) yang terdiri dari Program Studi Sosiologi dan Ilmu Komunikasi (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/Fisipol), Program Studi Manajemen (Fakultas Ekonomi), dan Program Studi Teknologi Pangan (Fakultas Sain dan Teknologi). Pemantauan PMT melibatkan mahasiswa dari empat program studi tersebut sebagai kegiatan pengabdian masyarakat dan magang.

Aksi ini ditandai dengan penandatanganan kerjasama antara Mantri Pamong Praja Kemantren Wirobrajan Sarwanto, SIP, MM dan Kaprodi Sosiologi (Dr. Mukhijab, MA), Kaprodi Ilmu Komunikasi (Nur Amala Saputra, S.I.Kom, MA), Kaprodi Manajemen (Kristiana Sri Utami, S.E., M.M), Kaprodi Teknologi Pangan (Dyah Titin Laswati, S.TP., M.P). Penandatanganan kerjasama disaksikan Dekan Fisipol Dr. As Martadani Noor, MA, Senin (5/8/2025)

Kemantren Wirobrajan yang terdiri tiga kaponewon/kelurahan, terdapat 9,67 persen anak potensi stunting. Mukhijab sebagai koordinator pengabdian masyarakat dan magang mahasiswa menjelaskan, tugas para mahasiswa melakukan wawacarana dengan orangtua atau keluarga anak potensi stunting yang menerima PMT.

Tugas itu akan dilakukan selama dua bulan, dengan opsi perpanjangan satu bulan. Para mahasiswa wawancari dengn penerima PMT tentang proses penerimaan bantuan dan konsumsinya bagi anak potensi stunting.

“Wawancara ini untuk mengetahui data lebih detail tentang kondisi keluarga penerima PMT atau keluarga yang terdapat anak potensi stunting dan bagaimana mereka menyajikan bantuan, apakah bantuan diterima sepenuhnya dan digunakan untuk anak potensi stunting.

Sosiologi Kerjasama Segoro bening Wirobrajan

Dalam melakukan PMT, Kementren Wirobrajan menggunakan Program Segoro Bening yang membawa misi semangat gotong royong bebas stunting, jumlah stunting menurun hingga di bawah satu digit persentasenya.

Menurut Sarwanto, pelajaran penting dalam program penangani potensi stunting berkaitan latar belakang anak potensi stunting. Selama ini data menunjukkan, anak potensi stunting selalu dikaitkan keluarga miskin.

“Kita menemukan anak potensi stunting dari keluarga mampu. Anak itu berada di rumah megah. Dua orangtua anak itu bekerja, anak diurus saudara atau orang lain. Akibatnya asupan dan ritme makan anak tidak dikontrol dengan baik oleh orangtuanya. Anaknya menanggung akibatnya.”

Kepala Jawatan Sosial Kemantren Wirobrajan Agung Nugroho S.Sos menyatakan, kasus anak potensi stunting di wilayah Wirobrajan sangat dinamis. Pada akhir Desember 2024 sampai April 2025 terjadi penurunan signifikan jumlah anak potensi stunting.

“Kami menemukan ada kenaikan jumlah anak potensi stunting mencapai 285 kasus pada Mei 2025. Ini menunjukkan ada situasi yang dinamis pada kondisi keluarga, apa penyebabnya, ini yang menjadi perhatian.”

Menurutnya Program Segoro Bening terus dijalankan, dengan strategi setiap keluarga yang terdapat anak potensi stunting medapat makanan tambahan terutama lauk seperti ikan, telur dan lainnya. Target Kemantren Wirobrajan tercapai zero stunting atau persentase anak potensi kurang gizi itu di bawah 5 persen pada akhir 2025.

Program Segoro Bening pernah menjuarai lomba strategi bebas stunting di kota Yogyakarta, akan maju dalam lomba tingkat nasional even inovasi pelayanan publik. Ini menunjukkan, Segoro Bening sebagai program berkualitas yang mendapat pengakuan masyarakat, yang dijadikan rujukan oleh berbagai stokeholder pemerintahan dari luar Yogyakarta, sebagai model untuk penanangan anak potensi stunting.

Dekan Fisipol UWM Dr. As Martadani Noor, MA menyampaikan apresiasi atas kesediaan Kemantren Wirobrajan bekerjasama dengan Universitas Widya Mataram dalam pengabdian Masyarakat dan magang pemantauan PMT untuk Keluarga Resiko Stunting di Kemantren Wirobjaran Kota Yogyakarta.

Menurutnya, penanganan anak potensi stunting harus berkelanjutan, tidak bisa instan. PMT harus berlangsung dalam periode tertentu, agar asupan gizi anak potensi stunting bisa berkelanjutan dan teratur.

“Masalah stunting ini juga persoalan kemanusiaan sehingga pemberian makanan tambahan kepada anak potensi stunting oleh Kemantren Wirobrajan sebagai langkah strategis, mulia, dan menunjukkan negara hadir dan menangani problem stunting.” ***

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *