Sosiologi UWM dan UTM Menjalin Kerjasama

Program Studi (Prodi) Sosiologi Fakultas Universitas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Widya Mataram (Fisipol UWM) dan Prodi Sosiologi Fakultas Ilomu Sosial dan Ilmu Budaya (Fisib) Universitas Trunojoyo Madura (UTM) saling bersapa dan membicarakan peluang kerjasama Tridharma Perguruan Tinggi di bidang pendidikan, riset, dan pengabdian masyarakat. Penjajakan kersajama berlangsung dalam pertemuan kedua pihak di Ruang Nusantara Fisipol UWM Yogyakarta, Kamis (13/7/2023).

Hadir dalam kesempatan itu Ketua Prodi Sosiologi Fisib Dr. Arie Wahyu Prananta, M.Sos, Dr. Agustinus Gergorius Raja Dasion, S.S., M.A, Mohammad Afifuddin, S.Sos., M.A, sementara tuan rumah hadir Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Puji Qomariyah, S.Sos, MA, Dekan Fisipol UWM Dr. As Martadani Noor, MA, Wakil Dekan Bidang Akademik Tommy Satriadi Nur Arifin, S.I.Kom., M.A,  Ketua Prodi Sosiologi Paharizal S.Sos, MA, dosen sosiologi Dwi Astuti, MA, dan Dr. Mukhijab, MA.

Martadani menyatakan Fisipol UWM menyampaikan apresiasi atas kunjungan jajaran Prodi Sosiologi UTM. “Ini suatu kehormatan jajaran Prodi Sosiologi Fisib UTM berkunjung ke Prodi Sosiologi Fisipol UWM.”

Menurutnya Prodi Sosiologi beserta dua Prodi lainnya (Ilmu Komunikasi, dan Prodi Administrasi Publik) di Fisipol UWM sangat peduli dengan masalah-masalah sosial, budaya, dan politik. Terdapat sejumlah pengalaman dalam penyelenggaraan Pendidikan, riset, dan pengabdian berbasis pada Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Misalnya program mahasiswa magang, riset dan pengabdian dalam pengelolan sampah dan lingkungan.

Paharizal menyatakan, sumber daya dosen sosiologi sangat mendukung bekerjasama dengan UTM dalam berbagai ranah Tridharma Perguruan Tinggi seperti pertukaran dosen dan mahasiswa, kolaborasi riset, dan pengabdian masyarakat.

Arie Wahyu Pranata menjelaskan, kunjungannya ke Fisipol UWM untuk menjajaki kerjasama dengan Prodi Sosisologi UWM dalam bidang Pendidikan, riset, dan pengabdian masyarakat.

“Kami memiliki program-program yang menarik untuk dikolaborasi antara Prodi Sosiologi UWM dan Sosiologi UTM.”

Dalam bidang pendidikan, dia mencontohkan peluang untuk pertukaran dosen mengajar, bidang riet kolaborasi komparasi kehidupan masyarakat pantai di Kawasan Madura dan Yogyakarta. Bidang pengabdian masyarakat Kemudian Prodi Sosiologi UTM memiliki program rekayasa pengelolaan sampah menjadi briket dan perkakas rumah tangga seperti kursi.

Pada akhir pertemuan, para pihak sepakat untuk menindaklanjuti kerjasama dalam kerangka MBKM. (Humas Fisipol)***

PATRIARKI : TIDAK NAMPAK TETAPI ADA

Berbagai bentuk kekerasan terhadap perempuan, masih terjadi di masyarakat, tidak terkecuali di  Yogyakarta. Banyak dan beragam juga jenis kekerasan yang terjadi, mulai dari kekerasan verbal, kekerasan fisik, kekerasan ekonomi, penelantaran bahkan kekerasan seksual. Hal tersebut terungkap dalam diskusi yang diselenggarakan di LPPM Universitas Widya Mataram Yogyakarta. Forum diskusi ini diikuti oleh sukarelawan SIGRAK dari sebagian kelurahan di Kota Yogyakarta. Relawan SIGRAK merupakan komunitas sukarelawan yang menjadi ujung tombak penanganan kasus kekerasan terhadap perempuan di Kota Yogyakarta. Organisasi SIGRAK ini berada dalam koordinasi dengan UPT PPA Kota Yogyakarta. Sebagai pemandu dalam diskusi adalah Dwi Astuti, S.Sos, M,Si, pengajar di Program Studi Sosiologi Universitas Widya Mataram. Tujuan dari diskusi ini adalah untuk mengetahui dan mengidentifikasi keberadaan idiologi patriarki sebagai akar persoalan kekerasan terhadap perempuan serta untuk memberikan rekomendasi penanganan dan upaya prefentif terhadap terjadinya kasus kekerasan terhadap perempuan.

Salah satu yang menjadi fokus pembahasan dalam diskusi ini adalah juga keberadaan idilogi patriarki sebagai sebab munculnya kekerasan terhadao perempuan dalam masyarakat. Dalam diskusi terjawab bahwa sebab teradinya persaoalan kekerasan terhadap perempuan yang paling utama adalah aspek pendidikan dan berkelindan dengan aspek ekonomi. Bagaimana dengan idiologi patriarki? Apakah idiologi patriarki memiliki peran dalam menjadi penyebab terjadinya kekerasan terhadap perempuan? Dalam diskusi terungkap bahwa kebanyakan penyebab terjadinya kekerasan terhadap perempuan adalah rendahnya tingkat pendidikan yang terkadang juda berkelindan dengan aspek ekonomi. Walaupun dalam diakui bahwa beberapa kasus kekerasan terjadi karena cara berpikir yang menempatkan perempuan sebagai pihak yang lemah atau dibawah laki-laki. Kebanyakan kasus, idiologi patriarki tidak pernah terdeteksi sebagai penyebab langsung terjadinya tindakan kekerasan terhadap perempuan, namun ada juga kemungkinan bahwa masyarakat sudah menjadikan idiologi patriarki ini sebagai hal yang biasa, sehingga dianggap hal yang wajar, bukan sebagai masalah. Idiologi patriarki tidak pernah dianggap sebagai penyebab langsung terjadinya kekerasan terhadap perempuan, namun bukan berarti tidak berpegaruh sama sekali. Contohnya saja relasi suami-istri yang yang menempatkan perempuan lebih lemah dan lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki, berada di bawah wewenang dan perintah laki-laki. Rendahnya tingkat pendidikan perempuan korban kekerasan juga berakar dari idiologi petriarki yang tidak memberikan akses pendidikan kepada perempuan seperti terhadap laki-laki. Keterbatasan kesempatan ekonomi pada perempuan jika dibandingkan dengan laki-laki juga dipengaruhi oleh patriarki yang menempatkan peran publik pada laki-laki dan peran domestik pada perempuan. Selama ini penanganan terhadap kasus kekerasan terutama bertujuan untuk melakukan penanganan kasus. Namun diakui perlu juga menyentuh ranah kesadaran tentang relasi gender laki-laki dan perempuan atau ranah idiologi patriarki. Karena lagi-lagi diakui bahwa edukasi memiliki peran penting dalam menangani dan menghindarkan kekerasan terhadap perempuan, termasuk di dalamnya adalah edukasi terkait kesetaraan relasi gender.

(Humas Fisipol UWM)